Senin, 28 Februari 2011

About friends


Several times I wrote about the "friend". OK I'm good at writing theory about friends but could never really get to do what I wrote. Talking is easy brothers, we do act tough.

Last night I read the status DeltaFM Medan:
Make friends with people who love to defend the truth. He is happy and we dikala ornate shield at a time when we are hard

Wow! An amazing status. There is one comment that if we keep defend so how?? and it was, where we can get a friend like that. most wants to win their own .....

My comments regarding this status which is difficult to find a friend like that. Is there? If now, one can be justified.

Actually a friend like that exist. In fact, each of us will have them.

A good friend is a friend who can remind us when his mistake and want to support us when we do right. Want to give encouragement when we slumped, willing to give aplouse when we achieve a feat of achievement even though it was only losing weight or just get up in the morning.

Friends who want to together when we smile, a lot. Friends who are willing to hear our complaints were observed. But it is difficult to find a friend who would accept us as it is. Sometimes we fight alone to overcome the problems we face. Not infrequently we are trying to cover up what happened for fear of our friends know. The point is we must accept ourselves first.

We need not look for friends who are always defending the truth, let that be that person. Starting with the honest to ourselves, accept ourselves what it is. Let us be good friends to them.

A friend is someone who knows the song in your heart and sing it back when you've forgotten the words.

Sabtu, 26 Februari 2011

SKY



Langitku biru, dan setiap menatapnya ada perasaan lega. Mungkin karena aku suka warna biru makanya aku suka langit? Atau sebaliknya? Aku suka langit karena berwarna biru?
Ahahahai...yang pasti aku suka warna biru dan langit. Tak peduli langitku berwarna oranye, merah muda, hijau, merah, bahkan hitan sekalipun.

Langit adalah keajaiban Allah yang maha Tinggi. Bagaimana tidak, di atas sana langit terbentang luas tanpa ada tiang sekecil apapun. Tak juga ada pilar besar yang menopangnya. Walau demikian, langit bisa ditempeli aksesoris. Ada matahari yang bersinar terang, bulan yang redupnya bikin damai, bintang yang tak henti berkelip, planet-planet yang ikut menghiasi langit dan banyak benda langit yang mungkin aneh dan asing buat kebanyakan orang.

Menatap langit sama dengan menatap masa depan. Tinggi, tak akan tergapai jika kita hanya berniat tanpa berusaha untuk menggapainya. Aku terbiasa menatap langit.

Setelah terbiasa menatap langit. Aku mulai mendengarkan langit. Di sana ada banyak keceriaan. Banyak sekali yang aku dapat dari mendengarkan langit, mulai dari musik, cerita, inspirasi, hadiah, bahkan teman. Hampir tak pernah aku mendapat kesedihan. Justru mendengarkan langit kesedihanku sirna. Hanya senyum dan tawa yang menemani hari-hariku yang telah lalu saat aku mendengar langit.

Kini cerita seru itu segera berlalu. Langitku tidak runtuh. Mungkin hanya disimpan di suatu tempat dan akan dibentangkan lagi pada suatu saat. Tak akan ada kesedihan walau tak lagi akan aku dengarkan. Dari sana aku bisa mengembangkan apa yang ada dalam diriku.

Seperti langit yang menjulang tinggi. Hamparan harapan tercipta dan tersambung.
Langit yang tinggi tak membuatku gentar meski aku takut ketinggian. tak membuat kering, tak membawa tangis, hanya menyisakan beribu kenangan yang akan tersimpan rapi dalam kotak di sudut hati ini.


Kamis, 24 Februari 2011

puisi puisi pendek tentang ayah 2













#1
aku tak akan pernah tersesat
sinarmu di ujung langit
terangi mimpiku

#2
tak bisa dijelaskan
tak dapat dilukiskan
terlalu sempurna
sebagai bayang-bayang

#3
dan aku bersedia jadi tongkat
di saat langkahmu
terasa
berat

#4
tak kubiarkan berlalu secepat kilat
agar yang kurasa tak hanya sesaat

#5
cinta yang hadir hanya setitik
benci menggigit teramat sakit
yang terjalin
tak pernah bisa diurai
yang mengalir
tak pernah bisa dibasuh
aku membungkuk di hadapanmu

#6
masih tetap diam, menggelitik hati
masihkah
ada?

#7
gigi yang rapi masih seperti pagar putih
bola mata bak kilauan bintang
tetap terbayang
senyumku, sepertimu

#8
bukan malaikat penjaga
ajari aku tentang hidup
malaikat yang menjagamu

#9
setumpuk doa siap aku paketkan
hanya untukmu

#10
lembut
tapi kuat
lenyap
tapi tetap ada

di antara kita










biar tersimpan
percakapan dari hati ke hati
hanya di antara
kita

Marbel

debur ombak masih tetap tegarkan kokoh
karang yang berbaris diam
walau sedikit kusam,
pekat berkawan
indahnya masih hiasi senyum lembutmu

Marbel,
dan nama itu buyarkan semua mimpi
tatkala terjaga
pedih kian menyiksa

Senin, 21 Februari 2011

Sesuatu Tentang Rindu

Rindu itu seperti membaca buku, lalu kehilangan satu halaman dan sobekannya tak pernah ditemukan.

Rindu itu seperti matahari yang tak kunjung terbit menggantikan gelap sendu sang malam.

Rindu itu seperti air yang tak kunjung kudapat di tengah hamparan gurun maha luas.

Rindu itu luka menganga dan terus mengeluarkan darah.

Rindu itu nada sumbang yang muncul tiba-tiba saat nyanyian mulai terdengar membosankan.

Rindu itu jarak yang memisahkan jiwa.

Rindu itu mataku tak lagi pernah menatap matamu.

Rindu itu napasku yang terasa berat, lalu terhenti tatkala kau kembali.

Rindu itu, aku














padamu.

terbang












seperti mimpi kita
kuasai langit biru

denganmu

lompati tiang tinggi, dan tak pernah tergapai
coba lambungkan asa, hanya bisa tertawa
putihkan jiwa, bergeming dalam lelah
tak terkira

denganmu saja semua itu terlewati,lalu
senyum itu kembali menyapa
padam
perlahan

kembali nanti atau tak selamanya
denganmu saja
perih menyepi
tak berulang. lagi

About The Dead Leaves



When the dry season, the trees wither. Dead leaves that fall was beautiful. Like the rain, down scramble, when swirling wind.

The trees wither goal is to reduce evaporation so that they can survive when a lack of water. Then the dead leaves that have made a big sacrifice: instead of the source is missing, they are better with a small role that disappeared.

That's one philosophy that I can, about sacrifice.
But unfortunately, dead leaves that litter the place where they are scattered. Although they are easy to collect, but also easy to disintegrate during re-wind.
In the circumstances they were collected can be easily burned and eventually destroyed.

Negative philosophy of dead leaves: easily collected, but easily disassembled and burned. That happened because they were 'rubbish'.

Unfortunately this nation seems to be such a negative philosophy of the dried leaves. Only faith and science that can lead us away from the bad properties. Because the science we can choose the good and the bad. With faith we can know right from wrong.

Let's forget the fun things about this dry leaves, and think about stupid things that would happen if the negative nature of the dried leaves of this is in us.

Let's forget about something cool, and think about something Fool.

Senin, 14 Februari 2011

Kasih Sayang itu...










Win masih kesal. Nafasnya terlihat naik turun. Wajahnya ditekuk, seperti siap memangsa apapun dan siapapun yang ada di hadapannya. Melihat gelagat tak baik ini Vera belum mau mendekat. Dia masih membiarkan Win dengan kemarahannya. Sebentar lagi Win pasti mau bicara, pikir Vera. Dan benar saja, tak lama Win memandangnya. Vera sudah tahu, adat dan kelakuan sahabatnya itu.

"Kenapa?" tanya Vera hati-hati.
"Aku kesal. Masa Dewa nggak ingat ini hari apa." sungut Win.
"Emang hari apa?" Vera balas bertanya.

Win menghela nafas kesal. Apa bodoh sahabatnya ini atau pura-pura bodoh atau ada sesuatu yang mengganggu otaknya, atau...Ah, banyak sekali kemungkinannya. yang pasti kenapa orang-orang kok malah tidak mengerti apa yang dia inginkan.

"Kenapa dengan hari ini, Win?" tanya Vera lagi, "Ini kan hari Senin. You don't like Monday itu sudah biasa. But I realy like Monday, and I like everyday in a week." Vera tersenyum.

"Ini kan tanggal 14, Vera!"
"Ya, ada apa dengan tanggal 14, Win?"

Kesal Win semakin bertambah. Tidak hanya Dewa, Vera pun sepertinya sangat tidak peduli dengan hari ini, "Inikan hari kasih sayang, Ver! Masa bukan cuma Dewa saja yang lupa. Kamu juga lupa."

Vera tertawa pelan. Jadi itu yang membuat Win sedari tadi menekuk mukanya, "Bukan hanya lupa, Win! Bahkan aku tidak tahu."

Vera berkata sambil tersenyum lembut, "Win, kasih sayang itu tidak perlu ditunjukkan dengan memberi coklat atau bunga, bukan? Dengan perhatian yang tulus pun kita tahu bahwa seseorang sayang pada kita. Contohnya Dewa. Aku yakin dia sayang sekali sama kamu walau dia tidak memberimu bunga atau coklat. Bahkan dia tidak memamerkan rasa sayangnya padamu di hadapan umum. Dia bersikap seperti itu karena dia punya prinsip dan tidak ikut-ikutan hal yang tidak jelas."
Win terdiam mendengar perkataan sahabatnya itu, "Coba kamu lihat Si Septian. Dia memberikan bunga hampir ke seluruh perempuan yang kita kenal. Itu yang namanya kasih sayang? Itu bisa menimbulkan keresahan dan salah paham, Win. Lalu timbul fitnah. Nah itu bisa lebih berbahaya."

Win tertunduk malu. Dalam hatinya berkata, Ya, selama ini aku terlalu memaksa, bahkan untuk hal yang sebenarnya tak begitu aku pahami. Win dikejutkan nada sms ponselnya. Di layar LCD tertulis: Win, sebentar lagi aku jemput kamu ya. Lalu kita makan siang.
"Siapa?" tanya Vera
"Dewa. Terima kasih ya, Ver. Kamu telah membuka mata dan hatiku."
Vera tersenyum, "Sama-sama, Win."

Jumat, 11 Februari 2011

Terkubur

Dawai terdiam. Matanya masih berkaca-kaca, belum lepas dari punggung lelaki yang pergi meninggalkannya.
Jangan menunggu, bisik hati Dawai. Lalu dia mengusap air mata yang tersisa. Dia berusaha menarik bibirnya ke atas. Walau sulit senyum itu terasa pahit. Usai sudah.

Meski begitu tak ada yang perlu disesali, Dawai pernah melewati masa-masa yang bahagia dengan Fatur. Lelaki itu pernah mewarnai hatinya yang kelabu. Memberikan senyum tatkala wajahnya ditekuk ke bawah. Peluk Fatur pernah menenangkan galaunya. "Terima kasih!" bisik Dawai pelan.


Dawai tersentak. Bunga yang sedari ia genggam lalu ditaburkannya, untuk Fatur.











Pelukmu tetap aku rasa. Cintaku akan tetap ada, untukmu

Air mata



air mata ini untukmu
untuk hidupmu
untuk senyummu
untuk pelukmu
untuk pedih yang tak pernah singgah
di derai tawamu
untuk cinta yang kau sisipkan
di tiap tetesnya

menunggu



tatkala bunga-bunga berguguran
embun bersenandung
lirih
di mana hendak bertengger
jika sepoi angin
tak lagi akan membelainya

Rabu, 09 Februari 2011

Bertengkar dengan Hujan

Malam sudah semakin larut, angin dingin membuatku merapatkan selimut.
Sebentar lagi kau akan pergi, meniti harapan, mencapai tempat yang lebih tinggi. Bahkan sampai di puncak. Tapi hati-hati, semakin tinggi tempat yang kau pijak semakin sempit. Jangan sedih ya, karena aku suka membayangkanmu. Walaupun kau pergi, bayangmu tak pernah beranjak dari kelopak mataku.

Sayup-sayup aku dengar rintihan hujan. Semakin lama suaranya semakin nyaring. Aaaah...mau apalagi dia. Ini waktunya beristirahat. Aku sudah capek dan sudah sangat mengantuk. Please, lah hujan...jangan ganggu waktu tidurku :((

Sepertinya hujan cemburu karena sedari tadi aku hanya mengingatmu, membayangkanmu, dan tak pernah melepas senyummu dari pikiranku. Hujan mulai mencari perhatian tampaknya. Kaki-kakinya yang panjang mengetuk atap rumahku perlahan. Tak aku hiraukan.
Lama-lama langkah kakinya mulai tergesa, terdengar berderap seperti ratusan ekor kuda berlari. Tetesannya mulai meronta di jendela kamarku. Hujan memaksa masuk. Dia mengiba minta dipeluk. Hujan tahu kalau malam-malam begini kau tak akan pernah datang. Mana bisa kau menolongku, terjaga sampai malam pun kau tak pernah bisa. Sebelum adzan maghrib berkumandang kau harus segera pulang. Aaah, kau hanya bisa memamerkan cahayamu yang terang benderang hanya pada waktu siang. Tapi aku terima keterbatasanmu itu karena aku pun tak sempurna. Karena aku mencintaimu.

Hujan mulai iseng. Tak hanya tetesannya yang meronta lewat jendela. Langkahnya mulai tergesa. Aku tidak takut hujan, tidak pula membencinya. Selama ini memang aku tak menyukainya karena dia selalu mendinginkan hangatku. Dia selalu membuatku terbaring, tak berdaya.

Ya, saat ini aku merasakan hal itu. Hujan mungkin mencintaiku. Dia mulai merembes masuk melalui celah antara lantai dan pintu. Makin lama semakin banyak. Hujan berhasil masuk dan memamerkan seringai kemenangan. Dia menghampiriku, meski aku tolak dia terus mendekat. Dia mulai memelukku. Semakin lama semakin erat. Aku takut tak bisa melihat senyummu esok pagi, tatkala kokok ayam membangunkanmu.

Peluk hujan makin rapat, hingga tubuh kakuku terangkat dan mengalir bersama arusnya. Entah ke mana.

About Sincere


Sincere = hidden in our heart.

Something sincere done without requesting a reply and do not feel loss when it does not get a reply.

So it is with love. Sincere love grows not on "because" but received "despite".
Whatever its form, sincerity must be done unconditionally. No waiting for the assessment of others and of course done with pleasure. There is no boundary between sincere with feigned sincerity because hidden in our hearts and God only knows.

Because hidden in a sincere heart and God only knows, then let's do what we want to do with seeking pleasure of Allah :)

kamu



senyummu
pudarkan mendung
birukan langit hitam
cairkan hujan
terserap lenyap
sisakan sejuk ke dalam
cinta

di ujung penantian

tergesa aku berpacu dengan waktu
berlomba dengan derasnya hujan
mengejarmu
kilatan petir coba mencumbu
mesra, aku hindari
satu rabaan, tubuh rapuhku
hitam tak bermakna

masa yang bergulir terlalu cepat
penantian berujung sesat
harapkan peluk erat
darimu, tak dapat hirup harum tubuh
hingga petir membelai
mataku tertutup
rapat

kristal hati


tak selamanya tersembunyi
kilaunya bersinar,
nanti...
seperti yang kau tunggu
seperti harapanku

melangkah












kaki-kaki kecil berjalan pelan
tapaki titian sempit
di antara panas
menggigit, serta dingin
mencabik sengit
bilah-bilah waktu berlari
tinggalkan semua
...telah usai
dan berpaling

Sabtu, 05 Februari 2011

About Life Is A Journey




Life is a journey, not just one's destiny or fate. Precisely is the journey of fate, the fate of a person can also travel. What I do not just skip what I went through. Always start with something, and end with something else. Whether it's a good start with a good end too. Or a good start by the end of the less good. Or a poor start but could end up very well. Or the most ironic, beginning and ending poorly.
All of it through a journey that can be called progress.

Man is a creature of God is very complete with strengths and abilities that are different God forms for each person. Humans can run well on the condition is not good because they were given brains to think, and hearts to feel the sensitivity to the situation that is face it.

The relationship between two people or more going through a journey, through a process. From the trip was the relationship is mutually beneficial, others detrimental to each other, but some are not affect anything. But in my opinion, the relationship between human beings always have influence, good or bad.

I've ever wrote a quote Pls i was in college:

Percikan













perjalanan yang aku lalui
terjal
menyenangkan
melelahkan
seperti tetesan hujan
hampir usai
tatkala mentari kembali berbinar
lanjutkan waktu bertugas yang masih tersisa
bentangan tujuh warna keajaiban menjelma
perciki hati yang sedari tadi terdiam
tebarkan senyum dan bersiap damaikan jiwa
aku tetap bersinar
seperti pelangi
untukmu

Terlalu

mengkhayalkanmu
terdiam di balik sepi
menghitung rintik hujan yang turun
satu-satu

menginginkanmu
mengirimiku hanya seutas senyum
yang tumbuh dari hatimu
bukan beribu kata-kata manis
penutup kepalsuan

mengharapkanmu
untuk tidak terlalu
mencintaiku

Kamis, 03 Februari 2011

Di Antara Kepak Camar


Debur ombak kembali bangunkan lamunanku. Kupandangi paras lelaki tampan yang tertunduk sedih di sampingku. Tiba-tiba aku tersenyum melihatnya.
"Kok bisa ya..." gumamku
"Heh? Emhh.. Apa?" lelaki di sampingku kaget dan memandangku lama, "Kamu bilang apa barusan?"
"Kok bisa!" aku mengulang.
"Bisa apa?"
"Apa aja boleh..." candaku, dia tersenyum.
Ini yang aku suka dari lelaki tampan yang duduk di sampingku. Aku tahu dia penasaran, tapi tak pernah memaksa aku untuk memberitahunya.

"Masih sangat mencintainya?" tanyaku yang diiringi anggukannya, "Apa sih yang bikin kamu begitu mencintainya?"

Sesaat dia tidak menjawab. Ditatapnya camar yang liar menyambar ikan demi memuaskan perutnya. Angin semilir menyejukkan kami, lalu dia menatapku kembali, "Standar seorang lelaki mencintai perempuan adalah karena parasnya. Cantik! Standarku mencintainya karena aku mencintainya. Tak ada alasan khusus, tak ada sesuatu yang istimewa!"

Wow! jawabannya keren sekali, "Iya, tapi apa yang bikin lo begitu cinta sama Lavie sampai begitu putus asa begini."
"Dia lain!"
"Lain karena dia bisa selingkuh dengan beberapa pria sekaligus?"
"kok sinis gitu, sih?" mendelik.
Aku terkekeh melihatnya mendelik. Aku pikir Lavie bodoh telah menyia-nyiakan Ega, lelaki tampan yang sekarang duduk di sampingku, menemaniku nikmati debur ombak yang begitu...romantis. Lelaki tampan yang usianya terpaut 8 tahun lebih muda dariku.

"Suamimu tahu kalau kau bersamaku sekarang?"
Aku lemparkan ponselku padanya, "Telpon dia biar lo yakin!"
Tak lama Ega mengembalikan ponselku seraya tersenyum. Gila, anak muda ini punya senyum begitu manis. Lalu tiba-tiba ada sesuatu yang menyeruak, menghentak hatiku. Lupakan! Debur ombak dan desir angin lebih indah dengan sesekali ditimpali siul camar yang ramai.

"Suamimu sedang selingkuh," candanya, "...dengan Lavie!"
"Sedang apa dia?" tanyaku penasaran.
"Menurutmu apa yang dilakukan seorang laki-laki pekerja pada jam seperti ini? Menggoda cewek-cewek yang lewat!" Ega, apa yang aku lakukan saat ini bersamamu, "Kalau suamimu selingkuh bagaimana?"
"Aku bisa bercinta sepuasnya denganmu!" candaku, dia kembali tersenyum.

Sayangnya pertanyaan itu mulai menggangguku. Ya, bagaimana kalau suamiku selingkuh. Entah apa yang akan terjadi padaku. Entah apa yang akan aku lakukan. Sama seperti Ega yang begitu mencintai Lavie, aku pun sangat mencintai suamiku walau 5 tahun perkawinan kami belum juga dikaruniai anak. Dia berhasil melengkapi kekuranganku, berhasil memeriahkan sepiku, menerangi gelapku, selimuti dinginku. Meski tak ada kesempurnaan, dia tak pernah membuatku menyesal.

"Menyesal tidak kalau kesempurnaan ini tak dilewati dengan orang yang kamu cintai?" tanya Ega pelan sambil mengecup keningku, aku menggeleng.

Kepak camar yang begitu dekat mengagetkan kami. Pantai ini sepi, sangat sempurna untuk menguntai sesuatu yang romantis. Seperti yang telah kami lakukan. Ega terkulai lemas meski dia tersenyum puas.
Dia membantu merapikan rambut dan pakaianku. satu ciuman terakhir mendarat lembut di bibirku, "Terima kasih." bisiknya

Kepak camar seolah mengamuk, siutannya berlomba dengan debur ombak. Aku terdiam di antara menyesal, bersalah, atau malah senang. Entahlah.

andai cinta

tak ada dusta
atau sakit hati
tak akan pernah sampai
seperti ini

lenyap

tatkala terjaga
kenyataan memang tak ada
meski tangan coba menggapai
hanya hitam yang meraja


Rabu, 02 Februari 2011

Emak Kehilanganmu

"Teh, kok udah lama Theo nggak ke sini lagi?"

Emh...akhirnya pertanyaan itu Emak ucapkan juga, padahal sudah lama aku merancang alasan apa yang tepat untuk menjawabnya. Aku nggak pernah bisa bohong sama Emak. Pernah sekali aku lakukan itu, dan hasilnya Emak tahu apa yang aku lakukan.
Waktu itu aku tidak bekerja dan malah main-main sama Theo walau hanya nongkrong di Braga. Entah Emak punya indera keenam, atau hanya kebetulan saja, yang pasti aku nggak pernah bisa bohongin Emak.


"Mungkin sibuk siaran, Mak." jawabku berusaha tenang. Aku tidak berbohong, tapi aku belum jujur sama situasi yang sebenarnya.

"Ah masa sesibuk itu?" Emak tidak percaya. Six sense? Nggak tau ah, "Kemarin-kemarin dia masih suka minta dijemput. Siaran kan tidak menghabiskan waktu seharian." Iya Emakku sayang, tapi masalahnya Emak nggak tau apa yang terjadi, "Emak khawatir!"

Aku diam sama sekali tak tahu apa yang harus aku katakan. Apa bilang aja sama Emak sekarang? Atau...

"Emak sayang sama Theo?" tanyaku pelan.
Bukannya menjawab Emak malah menatapku tajam. Tampak raut kesal di matanya.

"Loh, kok malah nanya seperti itu. kalau khawatir itu artinya sayang. Kamu juga sayang sama dia, kan? Emak merasakan gimana rasanya jauh sama orang tua."

Aku sayang sama dia? Nggak tau juga. Apa sayang namanya kalau aku sudah melukai hatinya? Jelas-jelas dia marah sama aku dan langsung menolakku. Itu artinya kesalahanku fatal, dosaku mungkin tak termaapkan. Buat aku nggak masalah kalau memang harus berakhir seperti ini. Tapi Emak?

Aku heran, masa sih Emak sesayang itu sama Theo, padahal mereka baru bertemu beberapa kali saja? Waktu pertama kali mereka bertemu Emak bilang kalau beliau merasa cocok sama Theo. Dan Theo juga bilang begitu. Dia merasa klik sama Emak.

############################

Waktu berlalu tak berasa, aku pikir Emak lupa sama rasa kangennya. sayangnya itu hanya dugaanku saja karena ternyata Emak perhatian juga.

"Katanya Theo sibuk siaran, tapi kenapa belakangan ini malah gak pernah denger Theo siaran?" tanya Emak kembali. Nah loh, kena lagi.
Untungnya belakangan ini aku yang sibuk dengan pekerjaanku yang hampir menghabiskan 2/3 waktu. istirahat 8 jam benar-benar aku kejar supaya tidak tepar.

"Cape, Mak! Mana sempat denger, yang ada pengennya langsung tidur." jawabku
Aku nggak pernah insomnia, apalagi dalam keadaan sibuk seperti ini. walau pekerjaan banyak, tak pernah aku pikirkan. Terima kasih "situasi" yang kembali menyelamatkan aku untuk tidak berbohong sama Emak.

"Nggak sms atau telpon dia?"
Apa??? Bagaimana bisa sms atau telpon kalau nomornya saja sudah aku hapus dari kedua ponselku. Apa Emak benar-benar kangen sama orang ini? Huh! Mbok ya kangen saja sama yang lain lah kalau boleh nawar, jangan sama orang ini.

"Coba telpon dia, bilang Emak ingin ketemu!"
Haduh....mampus deh. Ah Emak. aku kan inget banget sms terakhirnya yang bahkan aku salin dan aku tempel dengan tulisan besar-besar supaya aku tetap ingat kalau:
...JANGAN PAKSA AKU UNTUK TERIMA KAMU KEMBALI...
Aku menghormati keputusannya Mak. Aku nggak akan maksa dia, bahkan aku berusaha untuk menghindarinya.

"Ayo telpon!"
"Sms aja ya, Mak. Kalau telpon takutnya ganggu. Siapa tau dia lagi siaran." bujukku dan untungnya Emak setuju.
Demi Emak apapun akan aku lakukan, termasuk mengingkari janjiku sama Theo untuk tidak lagi mengganggunya. Meminta nomor telponnya pada seorang teman yang tanpa curiga dia bertanya, "Hilang kereset, ya?" kali ini aku bohong. bukan ke reset teman, tapi aku hapus.

Beberapa kali sms tak pernah ada balasan. Apa nomornya salah, tapi aku konfirmasi pada teman yang lain nomornya benar, kok. Ya, dia sudah tak mau lagi berhubungan denganku.

"Sudah?" tanya Emak
"Nggak bales. Sibuk mungkin!"
"Masa sih?"
Aduh Emaaaaak. Aku tu sudah sangat malu. Untuk apa aku menghubunginya, toh diapun sudah tidak mau dihubungi. Apa yang bisa dia ambil kalau terus berteman denganku? Hanya luka dan perih yang akan terus terasa. Selain itu, tak akan ada manfaat, bahkan sudah terbukti kalau aku bukan teman yang baik untuknya.

"Mak kangen?" tanyaku, Emak mengangguk sambil tersenyum.
Apa aku juga kangen? Kalau iya aku kangen, tapi untuk apa rasa kangen itu? Tak pernah ada gunanya walau jujur ada sesuatu yang hilang dalam hatiku. Hanya... ya sudahlah. toh aku pun tak menyesal. Aku harus berpikir positif dan tidak kekanak-kanakan. Tak perlu memaksa.

"Ada masalah, ya?" Emak seolah tau apa yang ada dalam hatiku.
Aku pikir daripada terus berkelit, lebih baik aku ceritakan kalau aku sudah tidak ada hubungan apapun sama Theo. Hanya karena merasa bosan dan masalah sepele aku malah mengasarinya. Marah sama Theo dan melukai hatinya. Tak ada ampun. Maap yang dia beri bersyarat. Itu artinya...KREK! Tamat! Tak ada lagi simpati dan empati.

Emak menatapku dengan sangat kecewa. Katanya dia gagal mendidikku. Padahal Emak tidak pernah mengajariku begitu. Yang Emak ajarkan adalah bagaimana menyayangi dengan tulus dan berteman dengan baik.
Maapkan aku Mak. Emak tidak gagal. Emak tetap ibu yang hebat. Ketulusan Emak memang tidak bisa aku tiru, walau tau aku sudah tidak punya hubungan apa-apa dengan Theo tapi Emak bilang tetap sayang sama dia dan merasa kehilangan setelah lama Theo tak pernah lagi menemuinya.


about love

there's nothing special when i first saw you
there's nothing to be proud when i talked about you, but
there's nothing can stop me to remember you
all along time
because there's nothing can make you move
from my heart


belum puas


durasi membatasi, aku
belum mau mati

Mengenang




diamku menari di antara bayang hitammu
resahmu warnai gundahku
lalu kidung duka mengalun merdu lewati titian sendu
tatkala mata terbuka, ragamu menjelaga
musnah tertiup angin