Selasa, 26 Juni 2018

Bila Allah Menghendaki


                         

Sudah sejak lama Aldy ingin sekali pergi ke Medan. Menemui orang yang sangat disayanginya. Guru Bahasa Inggris sekaligus wali kelasnya di kelas 7G SMPN 15 Bandung. Hubungan mereka tidak hanya sekadar guru dan murid. Seolah ada chemistry yang membuat mereka seperti Ibu dan anak.
Mungkin itu cara Allah memberi kisah perjalanan yang indah untuk seorang Aldy. Terbiasa hidup terpisah dari kedua orangtuanya tidak membuat anak ini merusak dirinya sendiri. Dia justru mudah akrab dengan orang lain, serta berusaha belajar dari setiap penggalan cerita kehidupannya.

Terbiasa terpisah dari kedua orangtuanya membuat dia nyaman dengan "Ibu Guru"nya ini. Ibu Guru yang tidak hanya mengajarkan pelajaran di sekolah saja tetapi mengajarkan bagaimana menjadi orang yang kuat, sabar, serta ikhlas menerima semua pemberian Tuhan. Mengajarkan bahwa hidup ini adalah sekolah sepanjang masa. Kita harus terus belajar, belajar, dan belajar. Ibu Guru yang membuat Aldy selalu bangga menjadi orang Batak.

Kegiatan belajar-mengajar mereka hanya satu tahun pelajaran, tapi perhatian "orangtua" terhadap "anaknya" terus berlanjut. Rasa kangen "anak" terhadap "orangtua" tak bisa ditahan sejak mereka terpisah di akhir tahun 2015. Cerita baru selalu dimulai saat perpisahan terjadi. Ada sebab serta alasan yang sudah Allah rencanakan.



Aldiansyah Nr. Dia pemain bola junior yang saat ini baru berusia 15 tahun.
Memulai SSB sejak usia 5 diawali posisi striker hingga semua lini pernah dia isi. Pengakuannya lebih nyaman berada di posisi tengah sambil mengatur serangan (play maker), namun sekarang dia menjadi penjaga gawang. Apa pun peranmu di lapangan...aku selalu bangga, Nak.

Sepakbola bisa membawanya kemana saja. Termasuk dia hampir pergi Ke Cataluna untuk membela tim SBAI walau dia tak jadi pergi karena masalah dana. Sepakbola pula yang bisa "memaksanya" bertemu Ibu yang selama ini dia rindukan.



Akhir tahun 2017 Aldy berencana berlibur ke Medan ikut dengan keluarga temannya. Tidak hanya berlibur,tapi niat ke Medan untuk bertemu Ibu. Rupanya rencana akhir tahun lalu belum dikehendaki Allah swt.

Bila Allah swt sudah berkehendak, sesulit apapun kondisi kita, semepet apapun waktu tersisa...semua akan dimudahkan. Demi mengikuti seleksi U-15 PSMS Medan yang pengumumannya baru diketahui 15 menit sebelum tenggat tiket pewasat tersisa, kami tidak memikirkan uang untuk membeli tiket. Tidak berpikir bagaimana pulang nanti, serta biaya hidup selama di Medan. Impiannya adalah menjadi pemain PSMS. Aldy pergi dengan serba dadakan dan tergesa-gesa. Kekalahan yang diderita sehari sebelumnya saat mengikuti turnamen yang diadakan untuk menyeleksi pemain yang akan dibawa berlatih di Amerika merupakan pintu kemenangan Aldy menuju impiannya.

Bila Allah menghendaki, kesulitan itu tak pernah jadi masalah. Mereka bisa bertemu. Bisa saling melepas rindu. Bisa saling merasakan peran masing-masing: Ibu dan anak yang saling sayang. Rasa hormat dan perhatian.  

Jangan berputus asa. Terus berharap berdoa, dan bersabar sebab Allah tak pernah mengingkari janjiNYA.
Memintalah, niscaya doamu akan diijabah!
Hanya masalah waktu, Allah tahu yang terbaik untuk makhlukNYA. Di saat yang tepat, doamu akan dikabulkan.

Bila Allah menghendaki, tak ada yang tak mungkin.
terus berdoa, berusaha, dan bersabar. niscaya doamu akan terkabul


Love to you both Aldiansyah Nr. & Kak Hartati Siregar
Bandung, 26 Juni 2018


Sabtu, 16 Juni 2018

Setelah Lebaran

Takbir sudah tak terdengar. Semua orang larut dalam kegembiraan. Mereka sudah tak lagi takbir. Entah lupa sama tuhannya karena terlalu gembira atau momen takbir bergema hanya untuk menyambut hari kemenangan. Saja. Lalu ketika mereka melihat kue-kue yang berjejer di atas meja, opor ayam yang bau sedapnya tercium hingga ke luar rumah, serta baju baru yang indah dan wangi menghablurkan pujian mereka akan keagungan Tuhan Sang Pencipta Alam. Tuhan yang telah mengganti Bulan Ramadan dengan Bulan Syawal.


Hatiku bergetar tatkala takbir pertama bergema. Bibir mengucap kebesaran Allah yang Mahakuasa, namun ada ada perasaan sedih menyelinap. Akankah aku kembali bertemu Ramadan tahun berikutnya? Hanya Allah yang Mahatahu. Setelah sehari lebaran berlalu dan takbir tak lagi bergema di seantero alam raya sebab semua mata di penjuru dunia tengah terhipnotis bola sepak yang diperebutkan di Rusia...hatiku merasa sepi, padahal tayangan televisi begitu meriah.


Yaa Allah mungkin ibadahku di bulan Ramadan tak sesuai keinginanMU, sehingga aku tak merasa tenang. Kalau bisa aku ingin ikut remedial agar nilai pahalaku selama Bulan Ramadan dapat mencapai nilai KKM yang Engkau tentukan agar aku merasa tenang dan bahagia. Agar aku bisa menunjukkan pada semua orang: HEY LIHAT...NILAI PUASAKU SEMPURNA KATA ALLAH!


Yaa Rabb, Engkau beri Bulan Ramadan bagi kami agar kami dapat meningkatkan keimanan dan ketaqwaan, khususnya aku. Sayangnya aku rajin hanya saat Bulan Ramadan. Persis sama dengan cara belajarku waktu kuliah dulu, SKS. Sistem kebut semalam. Hanya kali ini S terakhirnya berbeda SISTEM KEBUT SEBULAN.
Aku pura-pura rajin membuka AlQuran yang artinya saja aku tak tahu. Jangankan artinya, bacaanku saja belum tentu benar. Aku pura-pura rajin taraweh, padahal di masjid ada yang kutuju.


Yaa Allah...malu rasanya aku dengan semua itu. Kalau boleh, aku minta remedial Yaa Rabb, untuk memperbaiki niatku, untuk memperbaiki amalanku, untuk memperbaiki tujuanku melaksanakan ibadah puasa selama sebulan. Ijinkan aku untuk bisa kembali rasakan nikmatnya ibadah puasa tahun depan. Ijinkan aku kembali mendengar gema takbir yang lebih meriah dari gema Piala Dunia di Rusia saat ini. Aamiin.


Taqabbalallahhu minna wa minkum.
Barakallah fii kum.

Terima kasih