Minggu, 02 Oktober 2016

Salah Pakai



Setelah itu aku pun diam. Malam ini akan dilewatkan di tempat yang luar biasa. Dinginnya hawa hujan bercampur udara pengap hasil kolaborasi suhu tubuh manusia dan stres yg aku rasakan.

"Ini namanya neraka dunia!" seorang sipir berkata sinis, matanya tajam menusuk urat takutku, seringainya membuatku bergidik.

Kalau di dunia saja menakutkan begini, bagaimana di akhirat nanti?

"Hey, apa yg membuatmu sampai di sini?" tanya salah seorang penghuni sel.

"Ah, hanya salah pakai." jawabku.

"Salah pakai apa sampai bisa dipenjara?"

"Salah pakai uang. Ku kira aku pakai uangku, ternyata aku pakai uang rakyat :)"



02.06.2011

Kamis, 08 September 2016

Hartati Siregar


Saya mengenal Ibu Hartati Christiani Siregar belum lama. Walau demikian, banyak kesan mendalam tentang beliau yang saya dapatkan. Awalnya saya dipanggil ke sekolah ketika Aldi bermasalah. Sebagai orangtua saya bertanggung jawab atas semua yang Aldi lakukan, maka saya datang ke sekolah menemui wali kelas.

Pertama kali sekolah di SMPN 15 Bandung, wali kelas Aldi tu Ibu Nani, mengajar IPS. Tapi ketika saya datang untuk meluruskan masalah, saat pelajaran bahasa inggris, gurunya mengaku sebagai wali kelas Aldi. Lho?! Heran heran pun saya mendengar semua yang dilaporkan.

Ternyata keheranan saya berubah menjadi suatu kekaguman. First impression saya terhadap Ibu Guru satu ini positif: concern, cares, and great to talk with. She's so humble.

Awalnya saya sangat khawatir dengan kelakuan Aldi di sekolah. Saya merasakan bagaimana tidak bahagianya sekolah di tempat yang tidak kita inginkan. Ketika Aldi selalu meminta pindah sekolah, saya tidak tahu harus menceritakan ini pada siapa. Untungnya ada rolling wali kelas, sehingga Aldi mendapatkan wali kelas yang amazing.

Saya sangat bersyukur Aldi mendapat wali kelas yang begitu perhatian. Dan seolah ada chemestry, Aldi merasa nyaman belajar dengan "Mam Siregar". Perhatian Ibu Hartati membuat saya tenang untuk menceritakan semua yang Aldi keluhkan. Entah apa yang dibicarakan Ibu Hartati dengan Aldi sehingga anak itu dapat sedikit mengerti mengapa ia harus sekolah di SMPN 15 Bandung, dengan prestasi yang tidak mengecewakan.

Kekaguman saya semakin tinggi ketika sekolah mengadakan parenting class. Di akhir sesi kami, orangtua diberi kesempatan untuk membicarakan perkembangan anak kami di sekolah. Wali kelas 7G dengan ramah dan perhatian membahas anak kami satu persatu. Beliau mengetahui karakter masing-masing anak. She's so detail. Great.

Tidak hanya itu yang membuat saya akhirnya menjadi "fans" Ibu Hartati Siregar. Menurut Aldi,  dari semua guru yang mengajarnya, yang paling enak dan paling mudah dimengerti ya...Ibu Hartati. Sampai Aldi sempat menangis sewaktu pergantian kurikulum memasuki semester genap, dia diberi kabar kalau Mam Siregar -nya tidak lagi mengajar bahasa inggris di kelas 7G.
Dan ternyata pendapat orang tua murid yang lain pun tidak jauh berbeda dengan pendapat saya. Menurut mereka Ibu Hartati Siregar itu enak diajak bicara. Tidak hanya Aldi, yang lain pun merasa nyaman dekat dengan Ibu Hartati Siregar.

Masalah yang selalu ada di kelas 7G membuat Ibu Hartati bekerja ekstra. Walau tidak mengajar penuh, tetapi beliau tetap mengontrol kelas dan tidak melepas tanggung jawabnya. Semoga hal tersebut dapat membuat anak-anak kelas 7G menjadi lebih baik dan dapat dibanggakan. Perjuangan dan pengorbanan beliau mengingatkan saya pada wali kelas saya semasa SMA, Dra. Dede Suwartini. Dengan anak-anak yang super bandel dan susah diatur, menjadi anak-anak yang peduli pada teman sekelasnya. Dua Ibu Guru hebat yang bisa mencarikan solusi dan penyelesaian terbaik bagi murid-muridnya.

Mereka guru yang detail dan menyenangkan. Detail dalam mengajar, sehingga murid tidak perlu mengikuti pelajaran tambahan di luar jam sekolah. Menyenangkan ketika berada di luar kelas. Tidak menjaga image tapi tetap berwibawa.

Seseorang yang detail dan membuat orang lain merasa nyaman saat berbicara dengannya adalah orang yang cerdas dan tentu saja akan disukai banyak orang. Just like Mom Siregar.

So, no wonder why she can be Aldi's favorite teacher. And I'm her admirer. Huge thanx Mom. You are blessed.

04.03.2015

Selasa, 16 Agustus 2016

Upacara Kemerdekaan


Ini tulisan lama yang seharusnya saya posting tahun lalu, 17 Agustus 2015.
Semoga tetap menginspirasi.


"Kemarin sore Aldi bilang kalau dia dan teman sekelasnya sepakat untuk tidak mengikuti upacara peringatan kemerdekaan RI ke-70. Sepertinya bukan hanya Aldi yang "malas" untuk ikut upacara. Banyak pelajar lain dan bahkan kita pun malas untuk mengikutinya.

Lalu saya bertanya, "Apa kamu lupa sama cerita uyut kemarin, Al?"
Hanya dengan pertanyaan itu Aldi bersemangat untuk ikut upacara peringatan kemerdekaan. Bahkan berusaha meyakinkan temannya untuk hadir pula.

Selasa sore tanggal 11 Agustus 2015, kami (saya, Aldi dan seorang teman Aldi) mendengar kisah perjuangan kakek saya melawan penjajah. Kakek saya yang saat ini berumur lebih dari 92 tahun merupakan saksi dan pelaku perjuangan melawan penjajah. Di usianya sekarang beliau merasakan kekejaman tentara Belanda serta bagaimana kejinya tentara Jepang.

Beliau melewatkan masa kanak-kanaknya untuk belajar mengaji sebab di usia 5 tahun harus menjadi kurir tentara Indonesia. Beliau harus merelakan keinginannya menyelesaikan sekolah rakyat karena harus jadi mata-mata demi perjuangan kemerdekaan. Beliau bercerita bagaimana sibuknya seorang bocah 5 tahun ikut mengupayakan suksesnya Kongres Pemuda. Padahal kongres itu dilaksanakan di Jakarta, dan bocah 5 tahun yang saya dengarkan ceritanya itu harus melindungi wakil pemuda Jawa.

Bocah kecil anak pedagang sapi yang harusnya bisa sekolah tinggi malah terpisah dari orangtuanya karena perjuangan. Lalu kita yang kini menikmati hasil perjuangan beliau malah malas hanya untuk berdiri selama kurang lebih satu jam melaksanakan upacara. Sungguh sangat tidak adil untuk mereka walau saya tahu mereka berjuang tanpa pamrih.

Kakek saya tidak pernah menuntut pemerintah membalas jasanya walau saat ini hidup seadanya. Beliau hanya terus bersyukur saat bercerita karena masih bisa menikmati hasil perjuangannya. Padahal ketika muda beliau pernah merasakan moncong senapan laras panjang milik tentara Belanda menempel di keningnya. Hanya karena takdir beliau saat ini masih sehat. Beliau pernah merasakan siksaan dan penjara yang lembab karena tidak mau bercerita di mana markas tentara Indonesia. Dan kita tidak malu menyianyiakan waktu tanpa melakukan hal bermanfaat untuk mengisi kemerdekaan? Sungguh ironis.

Kakek terlalu sering melihat bagaimana orang-orang bergelimpangan di depannya karena senjata penjajah. Saya sendiri mual mendengar ceritanya. Tapi beliau tidak patah semangat, walau menyadari suatu saat nanti beliau yang mungkin mati tertembak.

Kita saat ini gembira karena merayakan kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-70, dulu juga kakek merasa gembira bagaimana idolanya memproklamirkan kemerdekaan negara ini 70 tahun yang lalu. Beliau gembira karena tentara Jepang yang merenggut seluruh harta bendanya yang mencapai 600 gulden, bisa dikalahkan, walau pun beliau sadar harta itu tak bisa kembali. Tapi beliau bersyukur sebab anak-anak dan jiwanya bisa selamat dan dapat menikmati kemerdekaan.

Sebagai generasi muda yang tinggal enaknya menikmati perjuangan ada baiknya mengikuti upacara kemerdekaan untuk menghargai jasa para pahlawan yang dengan ikhlas mengorbankan jiwa, raga dan harta mereka. Cinta tanah air dan bangsa harus terus ditanamkan agar pengorbanan para pahlawan tidak sia-sia. Isi kemerdekaan ini dengan hal-hal yang bermanfaat untuk melanjutkan cita-cita para pahlawan.

Khususnya kamu, Al. Jadikan uyut bangga sama kamu. Jadikan pengalaman uyut sebagai motivasi untuk terus berprestasi. Kalau dulu uyut berjuang mewujudkan Indonesia merdeka, sekarang kamu harus bisa membuat harum Indonesia. Minimal kamu berdiri tegap dan khidmat mengikuti Upacara Kemerdekaan Republik Indonesia.

Dirgahayu negeriku.
Terima kasih para pahlawan.
Terima kasih kakek Carwan Wijaya Kartareja

Cipaganti, 16 Agustus 2015."

Dirgahayu 71 negeriku. Aku tetap bangga menjadi anak Indonesia!

Minggu, 24 Juli 2016

Proud


Saya bangga punya ayah seperti papa. Walau gak pernah lagi merasakan perhatian dan kasih sayangnya sejak kecil, tapi papa mewariskan otak cerdasnya buat bekal hidup saya.

Saya bangga punya ayah seperti papa. Walau gak pernah bantu saya menyelesaikan tugas sekolah, tapi saya jadi terpacu untuk bisa menyelesaikan apapun sendiri. Dan sekolah setinggi mungkin seperti papa.

Saya bangga punya ayah seperti papa. Walau gak pernah membiayai hidup keluarga, tapi papa bikin kami belajar bertahan hidup.

Saya bangga punya ayah seperti papa. Walau gak pernah hadir dalam kehidupan sadarku, tapi papa yang menjadi jalan saya hadir ke dunia ini.

Saya bangga punya ayah seperti papa. Walau gak pernah memeriksa kesehatan saya, tapi papa memeriksa kesehatan orang lain.

Saya bangga punya ayah seperti papa, karena papa saya jadi dihormati orang, karena seorang anak memang harus bangga pada orangtuanya.

Saya bangga punya ayah seperti papa dan sangat bangga.

Selasa, 28 Juni 2016

Hidup itu Pilihan




Saya selalu menggambarkan hidup itu suatu proses: lahir, memilih dan mati. Manusia lahir ke dunia ini untuk memilih. Dan pilihan yang saya ambil merupakan kehendak serta menunjukkan siapa saya sebenarnya.

Setiap pilihan pasti ada konsekuensinya. Serta tidak setiap orang mengerti pilihan saya. Selalu ada sisi baik juga sisi buruk. Itu normal. Magnet tidak pernah akan ada kalau hanya punya satu kutub. Listrik tidak akan mengalir kalau hanya ada satu muatan. Setiap pilihan ada yang mendukung, ada pula yang ingin menghancurkan. Semua bergantung seserius apa pilihan yang diambil.

Memilih merupakan hak asasi manusia yang harus dihormati orang lain tetapi tidak harus merusak kehormatan orang lain. Selama itu baik untuk diri dan lingkungan serta tidak menyimpang dari keyakinan, pertahankan dan lanjutkan. Ga usah pusing apa kata orang. orang lain ga perlu repot mengomentari atau mengkritik sebab saya sangat tau tujuan hidup saya.

Sebenarnya saya ga pernah ambil pusing terhadap komentar dan kritikan orang lain. Alasannya karena hidup itu pilihan antara menikmati atau menderita. Daripada menderita menjalani hidup lalu akhirnya tersiksa...lebih baik menikmati penderitaan itu.

Yup...saya selalu menikmati apa yang saya jalani & lalui. Life is only once dan ga perlu dibuat susah. Kalau dilewati dengan penderitaan rasanya sayang sekali. Masih ada yang lebih menderita daripada kita. Meratapi penderitaan hanya menghabiskan waktu kita menikmati hidup. Syukuri apa yang Allah beri dan you'll be happy ever after.

Peace!

Minggu, 26 Juni 2016

puisi puisi pendek tentang ayah 4


#1
kekar dan tangguh  
tak pernah mengeluh

#2
rinduku mengalahkan kerlip bintang
hadir di setiap tarikan napas

#3
wajah yang tak pernah tergambar
selalu tergores garis luka

#4
cintaku tak terbatas
walau tak pernah terbalas

#5
orang yang berpengaruh
untuk keberadaanku



03.03.2015

Rabu, 22 Juni 2016

ANAK adalah INVESTASI DUNIA dan AKHIRAT


Anak merupakan anugrah terbesar yang Allah berikan untuk makhlukNya. Anak dapat berfungsi sebagai penerus keturunan, juga untuk melestarikan suatu spesies agar tidak punah. Begitu pun dengan anak manusia.

Bagi saya, anak bukan sekedar mahakarya hasil hubungan biologis antara ayah dan ibu. Tapi anak adalah individu yang dititipkan Allah yang menjadi amanat bagi orangtua untuk dibimbing dan dibina menjadi pribadi yang lebih baik. Anak, merupakan investasi bagi orang tua.

Karakter orangtua dapat dilihat dari tingkah laku anak, sebab anak selalu meniru tingkah orang yang paling dekat dengannya. Dan yang paling dekat, tentu saja orangtua. Di situ investasi awal kita terlihat. Anak bisa menjadi jalan bagaimana orangtua membimbing dan mendidiknya. Anak bisa membawa nama baik orangtua, juga dapat membanggakan orang-orang di sekitarnya. Tapi anak pun bisa menjadi bumerang bagi orangtua.  Semua bergantung dengan cara mendidik dan membimbing mereka.

Kedekatan orangtua dengan anaknya dapat mengendalikan tingkah laku anak.  Apalagi jika didukung dengan bimbingan agama. Siapa sih yang tidak menginginkan anak yang cerdas, sopan, ramah, berprestasi dan soleh? Semua pasti menginginkannya. Hal tersebut kembali bagaimana cara orangtua membimbing mereka. Setiap didikan orangtua berpengaruh besar bagi kehidupan anak di masa depan.

Tapi ingat, jangan sampai kecintaan dan kasih sayang kita membutakan. Apa yang kita berikan jangan melebihi kecintaan kita pada Allah swt. Justru semua yang kita lakukan harus didasarkan ibadah dan mencari ridho Allah swt. Oleh karena itu biarkan anak merasa  nyaman untuk bercerita apa saja, sebagaimana kita merasa nyaman mengadu dan bercerita apa saja pada Allah swt.

Sebagai orangtua kita perlu berhati-hati dalam pengasuhan anak pada masa perkembangannya. Sebagian besar permasalahan anak disebabkan oleh kesalahan dan ketidaktahuan orang tua memperlakukan mereka. Karena itu, sikap kita pada anak sebaiknya:


  • tegas, tapi lembut
  • tidak memaksa, tapi mengerti
  • tidak melarang, tapi mengarahkan
  • tidak menyalahkan, tapi membangkitkan semangat

Sempatkan waktu untuk berkomunikasi dengan anak. Tunjukkan kasih sayang kita dengan perhatian, bukan memberi hadiah berlebihan. Jarak dan waktu seharusnya tak jadi penghalang untuk menunjukkannya. Hal kecil dapat dianggap besar baik dalam situasi positif maupun negatif. Perhatian sekecil apapun dapat membantu orangtua dalam mendidik anak.

Beri dukungan untuk pilihannya. Beri pujian untuk prestasinya. Beri ampunan untuk kesalahannya. Lebih banyak memuji prestasinya akan membuat anak lebih baik ketimbang selalu mengkritik dan mengoreksi kesalahannya.

Bersikap demokratis setiap mengambil keputusan. Beri kepercayaan kalau mereka mampu melakukan suatu hal. Ajari mereka untuk dapat bertanggung jawab pada apa yang dipilih dan dilakukannya. Jangan pernah menjatuhkan harapannya.
Jangan melakukan kekerasan fisik, sebab itu bukan cara yang tepat untuk menyelesaikan masalah. Kekerasan tidak hanya akan menorehkan luka pada fisik, tapi juga jiwa mereka. Tentu saja hal tersebut dapat mengganggu perkembangan dan pertumbuhan jasmani serta emosi mereka.

Jadilah sahabat saat dia curhat. Jadilah guru tempat dia bertanya. Jadilah ibu tempat dia mengadu. Jadilah ayah tempat dia berharap. Jadilah orangtua yang asyik buat mereka, yang mengerti mereka sesuai keadaan dan jamannya.

Ingatlah bahwa anak adalah investasi dunia dan akhirat.

Bandung,
25 Desember 2014
20.48