Minggu, 10 Oktober 2010
Indra Keenam
Widi tiba-tiba menelponku pagi-pagi sekali, "Kamu nggak kenapa-kenapa kan, Rai?" tanyanya khawatir.
"Nggak! Aku baik-baik saja. Cuma tadi malam aku mimpi buruk. Mungkin karena pengaruh Gitta nggak ngapel kali hehehe..." Gitta itu cowok yang sudah aku pacari satu semester ini. Mungkin minggu depan UTS hahaha....Dia lagi sibuk dengan skripsinya, dan satu major lagi memaksa dia menyelesaikan TA. Aku tak berhak memaksanya untuk selalu menemaniku, harus selalu datang setiap malam minggu. Kalau dia mau datang, ya datang saja. Kalau pun dia tak ada waktu untuk mengunjungiku, tak apa. Nanti juga ada waktu hehehe...
"Mimpi buruk, Rai? Beneran?"
"Iya. Semalam aku mimpi gak nemu jalan keluar dari gurun pasir yang luas. Muter terus-terusan di situ-situ juga sampai aku hampir mati kelelahan. Untungnya aku keburu kebangun!"
"Rai...semalam aku juga mimpiin kamu. Pas bangun aku capek sendiri. Kamu terlihat kacau sampai mau meninggalkan dunia ini. Mudah-mudahan artinya sebaliknya, Rai."
"Itu tandanya aku harus selalu merapikan perbuatanku biar nggak terlihat kacau hehe...Aku sih baik-baik saja, Wid. Cuma seminggu ini aku ingat terus sama Rara dengan perasaan yang bener-bener nggak enak. Tadinya aku nggak mau tau sama urusan itu anak!"
"Rara pindah, Rai! Katanya ibunya sakit."
"Tante Ruby sakit, Wid?"
"Ya, kenapa? Rara nggak ngasi tahu, ya?"
"Nggak! Tapi kemarin Tante Ruby datang kemari kok. Malah aku sempet ngobrol bentar sama dia dan bilang nitip Rara. Katanya tolong jagain dia dan maapin dia. Ya, demi Tante Ruby aku mau baikan sama Rara. Asal dia datang ke sini dan minta maap sama aku."
"Hah? Gila?! Rara bilang kalau ibunya itu sakit parah sampai nggak bisa bangun!"
Ini aneh sekali, "Wid, feelingku nggak enak. Aku nggak mau berburuk sangka, tapi ada sesuatu yang memberi tahuku kalau Tante Ruby nggak akan bertahan lama."
"Meninggal?"
"Ya...begitulah."
Aku tak pernah bilang aku punya indra keenam. Aku juga tak ingin bisa menebak atau melihat apa yang akan terjadi besok, tapi feeling yang bermain di benak dan hatiku tak pernah meleset. Barusan aku baca status facebook Rara yang baru lewat dua menit, dia menulis kalau ibunya sudah berpulang dengan tenang menghadap Sang Pencipta semesta.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar