Layar mulai dibuka
hamparan luas panggung tanpa batas
awali sebuah peristiwa
dengan hiasan
warna indah-indah
memoles mata dari tiap sudut
Topengku kenakan
dan tak akan pernah lepas hingga
peran tuntas,
menari riang, bergerak kesetanan
mengumbar ceracau hingar
yang mestinya tak terdengar
Dialog demi dialog terucapkan
diiringi senyum, bahkan tawa
dan penonton tak pernah tahu
tulus atau menghina
anggap tolol mata yang lugu
Dialog-dialog berikutnya
penuh kepalsuan,
berkerudung dengki, mengalun merdu
buai jiwa-jiwa yang kosong
Sang sutradara terdiam awas
mata jeli dan nyalang memrotes
peran gamang aktornya
semua tahu dia bijak
sebab telunjuk tak pernah terlihat galak
tapi bisa bikin wajah-wajah
di balik topeng
tertunduk
Panggungku, topengku
hanya tampak dari balik
proscenium
sedangkan tepinya
kotor berdebu
Sang sutradara tersenyum
dia yang bikin semua aturan
Semakin mendekati akhir
dialog yang terdengar makin hambar
seolah mulut bertopeng tersumbat
kalimatnya sendiri
sampai angin berhembus dari kegelapan
mengantar udara berbau busuk
tapi hidung-hidung manja tak henti
menghirupnya
tanpa sadar, paru-paru penuh sesak
oleh debu dengki
sampai nafas terhirup
hanya satu-satu
Kini topeng terlepas
dan panggung kembali tertutup layar
24 September 1993
Makasih banyak Kang Teddy buat semua masukan dan kritikmu
Aku t lupa kalo kemaren situ ulang taun ya…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar