Saya senang dengan apa yang saya lakukan saat ini. Bekerja seenak hati walau memang saya lakukan semua itu dengan hati. Saya mencintai pekerjaan saya, dan bahagia dengan semua itu.
Saya seorang pengajar privat. Mulai dari pre school sampai sekolah menengah. Ya, katakanlah saya mengajar pelajaran yang rata-rata orang bilang susah: BERHITUNG.
Entah itu matematika, fisika, atau kimia.
Pre school belajar hitungan njelimet itu? Ya nggak, tentu saja disesuaikan dengan siapa yang saya temani untuk belajar. Awalnya saya lakukan pada saat masih sekolah, eh lama-lama pekerjaan itu ternyata menyenangkan. Bertemu dengan berbagai macam karakter anak, bagaimana menghadapi mereka, dan cara memperlakukan mereka agar dapat mencapai hasil yang diinginkan. Begitu saya selesai sekolah, saya tak meninggalkan pekerjaan ini.
Mengajar privat matematika bukan keahlian saya, hanya karena terbiasa jadi saya bisa melakukannya. Pantas saja ada peribahasa yang mengatakan ALLAH BISA KARENA BIASA.
Peribahasa itu ada benarnya. Kita bisa melakukan sesuatu karena biasa melakukan sesuatu itu. Kita jadi mahir dan bahkan menjadi pakar karena setiap waktu berkutat dengan sesuatu itu.
Ada perbedaan antara mengajar anak SD, SMP, SMA dan anak TK. Perlu kesabaran ekstra dalam menghadapi seorang anak kecil. Mengajari anak TK tak perlu berlaku menjadi anak TK, hanya memahami keinginan anak-anak, mengikuti apa yang berkembang di dunia mereka, mempelajari apa yang mereka butuhkan termasuk perkembangan intelejensi mereka. Fisik dan psikis tak perlu kita perdalam. Itu sudah ada ahlinya. Yang paling penting adalah kita ikhlas, bahagia dan mencintai apa yang kita lakukan di depan mereka. Tak perlu mengganti imej, tidak juga berpura-pura menjadi orang yang baik agar mereka mencontoh kita. Hati yang ikhlas jadi kunci.
Saya selalu menyukai anak-anak. Celetukan-celetukan mereka natural. Yang mereka katakan jujur, datang dari apa yang mereka lihat, dengar, dan rasakan. Jadi saya tak perlu sakit hati. Seperti suatu hari ada yang mengatakan, "Bu guru kok item banget?" Saya senang anak ini jujur, karena saya memang hitam, tak lalu membuat saya harus memutihkan kulit, berubah jadi seseorang yang tak akan mereka kenal. Saya tetap saya, ibu guru mereka yang hitam.
Lalu ada lagi yang menyeletuk, "Bu guru kok galak amat!" Saya memang galak, lalu tak harus berubah menjadi orang yang ramah yang tak akan mereka kenal. Mereka menjadi tahu karena kegalakan saya. Mereka menjadi mengerti mengapa saya galak karena saya beri tahu alasan mengapa saya harus galak.
Dan seorang anak kemarin bilang, "Bu guru lucu, tapi cantik!"
Kalau yang mengatakannya anak SD atau yang lebih besar lagi, saya tak akan percaya. Anak-anak seumuran itu akan "sedikit" berbohong untuk menyenangkan orang lain. Tapi ini anak TK yang celetukannya selalu jujur.
Baru kali ini ada seorang anak yang bilang demikian, lalu saya bertanya sama anak itu apa benar saya lucu. Dia dengan keluguannya bilang, "Iya, bu guru selalu bikin aku ketawa, cerita-cerita bu guru lucu!"
Lalu saya bertanya, tapi ibu guru item, gak cantik. Anak itu memandang saya sebentar, lalu dia tertawa sambil berkata, "Iya bu guru item, tapi ibu guru cantik. Aku suka belajar sama bu guru!"
Ya Allah...Terima kasih atas semua yang dengar dan rasakan. Engkau sudah memberi banyak kelebihan yang saya lupa untuk mensyukurinya. Engkau sentil rasa syukur saya lewat anak ini. Kekurangan yang ada pada diri saya adalah kelebihan yang harus saya menfaatkan untuk menjadi sesuatu yang berguna untuk saya dan murid-murid saya.
Terima kasih Azriel Maulana, bukan pujianmu yang saya kagumi, tapi kejujuranmu yang membuka mata hati saya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar