"Kayu putih, popok, gurita sudah siap sebelum kamu lahir!" dan sekali lagi mama bercerita.
"Papa yang belikan?" mataku berbinar mendengar papa begitu perhatian. Bahkan sebelum aku lahir.
"Ya,setiap pulang kuliah, selalu ada barang baru untuk bayi pertama kami. Itu kamu!" mama tersenyum, "Papamu pasti cerita kalau dia membeli itu semua tidak sendirian. Teman kuliah perempuannya selalu membantu mencarikan barang-barang itu."
"Papa lakukan itu?" tanyaku tak percaya dan mama mengangguk, "Mama tidak cemburu?"
"Untuk apa? Mama percaya sama papamu makanya mama yakin mau dia nikahi! Papamu sering cerita kalau di kampus banyak sekali perempuan-perempuan teman kuliahnya yang mengajak dia pergi atau sekedar makan siang. Tapi papamu tahu aturan, dia pria menikah yang sebentar lagi akan mendapat hadiah dari istrinya. Kamu, seorang bayi perempuan yang cantik!" mama begitu antusiasnya menceritakan kehebatan papa.
"Papa tahu kalau aku perempuan?"
"Tidak. Kami sepakat tidak melakukan usg, tapi mengikuti kata hati kalau anak pertama kami adalah bayi perempuan yang cantik!"
Aaaahhh....aku suka sekali mendengar cerita itu. Cerita menarik tentang papa selalu ingin aku dengar. Aku hanya mengenal sosok papa dari cerita mama. Bahwa papa seorang pria pengertian. Tanpa pernah diminta papa tahu apa yang mama mau. Dan aku senang bisa mewarisi otak cerdas papa.
Ya...hanya cerita saja. Aku hanya sebentar menikmati kasih sayang papa. Hanya 3 tahun, setelah itu papa seolah menghilang entah kemana. Hanya keyakinanku kalau papa bukan bajingan adalah mama tak pernah bercerita hal-hal yang buruk tentang papa. Mama masih sangat menghormati papa, berarti tak ada alasan untukku membencinya. Ya kenapa pula aku harus membenci pria sehebat papa? Pria yang menularkan otak cerdas dan kreatifnya padaku.
Aku malah bangga. Ketiadaan papa di sisi kami membuat mama begitu menakjubkan di mataku. Mama adalah perempuan tangguh, seorang single parent yang tak kenal lelah. Mama yang membimbingku, mendidikku, mengenalkan aku pada kerasnya kehidupan dan bagaimana harus bertahan dalam kesulitan. Aku bersyukur Tuhan memberiku orang tua yang benar-benar kuat.
Mama selalu menularkan ketulusan dan kasih sayangnya tidak hanya padaku. Mama begitu tegar menghadapi tantangan hidup seorang diri. Keluhan pasti ada, tapi mama tak pernah memperlihatkannya di depanku. Aku pikir mama yang lebih lama hidup tentunya lebih lama menderita tapi begitu kuat. Aku saja yang hanya ditinggal pacar sudah mewek-mewek, minta mama mengasihaniku dan menghiburku. Betapa cengengnya aku.
"Sedang apa, kak?" tanya mama.
"Sedang mengagumi mama dan berharap papa segera pulang. Untuk mama!"
Mama tersenyum, lalu memelukku. Aahh...mama, semoga yang aku ucapkan selalu jadi kenyataan. Mama selalu sehat dan bahagia ada atau tidak ada papa di sisimu.
Untuk mama dan papa, Allah menyayangi kalian. Selalu. Amiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar