Pembentukan sebuah keluarga dimulai dengan PERKAWINAN, itu menurut saya.
"Perkawinan bukanlah suatu upacara, perkawinan adalah suatu hasil karya!" - Charlie W. Shedd
Entah kenapa saya suka kata-kata Charlie W. Shedd. Banyak yang saya dapat tentang pernikahan setelah saya membaca kumpulan suratnya untuk anak perempuan tersayangnya yang akan menikah.
Bahwa perkawinan itu bukan berarti MENCARI pribadi yang tepat, tetapi lebih berarti MENJADI pribadi yang tepat.
Ya. Kita mengakui sebagai manusia tentu banyak sekali kekurangan yang ada dalam diri. Menikah bukan berarti mencari seseorang yang tepat untuk melengkapi kekurangan itu. Terlalu banyak pertimbangan kalau kita mencari seseorang yang benar-benar tepat. Bukankah Allah sudah menyediakan jodoh untuk masing-masing kita. Siapapun itu kita tak pernah tahu. Kita juga tak pernah menyangka bahwa jodoh kita adalah Si DIA. Menjadi pribadi yang tepat untuk jodoh kita ada baiknya. Selain kita bisa menempatkan diri secara bijaksana. Kekurangan tak harus ditutupi oleh seseorang. Justru kita harus bisa memanfaatkan kekurangan itu dengan kelebihan yang kita punya: menjadi seseorang yang tepat untuk diri sendiri dan keluarga.
Menikah dengan seseorang ibarat melihat pulau-pulau yang harus dijelajahi, gunung-gunung yang harus didaki, lembah-lembah yang harus dituruni, menemukan hal-hal baru dikejauhan. Kita tak pernah tahu apa yang ada di hadapan. Selalu penuh kejutan dan mendebarkan. Seperti berselancar untuk pertama kalinya, masuk ke dalam gulungan ombak besar. Pandai atau tidak kita harus bisa keluar dari gulungan ombak itu.
Menikah diibaratkan menaiki bahtera. Harus ada nahkoda yang mengendalikan kemudi, dan di sampingnya seorang navigator harus selalu siap membaca radar atau peta agar bahtera itu tetap berjalan pada jalurnya. Keduanya harus siap menghadapi badai yang sewaktu-waktu datang. Kalau tak ada saling pengertian antara navigator dan nahkoda, sudah pasti bahtera itu akan porak poranda dihajar badai.
Seandainya tiap pasangan (menikah atau tidak) memiliki dasar pemikiran yang sama: Aku mutlak milikmu dan kau tetap milikmu.
tentu tak akan pernah ada pertikain, terutama dalam perkawinan, sebab satu sama lain sudah saling menghargai dan menghormati hak masing-masing. Tidak akan saling menyalahkan, keluarga akan selalu tentram dan sejahtera.
Sayangnya tidak semua pasangan berpikir demikian karena perkawinan adalah menyatukan dua kepala dengan isi yang berbeda. Pertikaian selalu saja akan terjadi. Bukan masalah besar kalau kita bisa saling mengerti. Tidak penting siapa yang memulai pertengkaran atau menjadi pihak yang bersalah. Hal terpenting adalah rasa penyesalan dan niat baik untuk tidak mengulangi kesalahan itu.
Kata MAAF merupakan unsur terpenting dalam suatu hubungan selain kalimat AKU CINTA PADAMU. Bagi beberapa orang sulit untuk menyatakan penyesalan dan sulit pula untuk menerima penyesalan orang lain. Aku mutlak milikmu dan kau tetap milikmu, menjadi dasar untuk itu semua. Memaafkan merupakan suatu kebesaran hati. Kebesaran hati tak akan pernah terjadi kalau tidak dimulai dari diri sendiri.
Tak perlu mencari hal yang tak ada pada kita dari orang lain. Tak perlu juga menceritakan apa yang terjadi dalam keluarga kita pada orang lain. Tak perlu mengorbankan apapun untuk kelangsungan perkawinan kita. Masalah tiap pasangan tentu berbeda. Hanya saja agar bisa dicintai sepenuhnya adalah mencintai sepenuhnya.
Perkawinan adalah awal pembentukan sebuah keluarga. Keluarga yang baik diawali oleh pasangan yang saling mengerti, tidak hanya saling mencintai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar