Sabtu, 12 Maret 2011
Kekasih
Asap rokok penuhi ruang. Sudah kubilang aku tak suka kau merokok. Tapi mengapa kamu begitu bangga dengan kebiasaaan barumu ini. Aaaahhh....menyebalkan. Lalu kaleng-kaleng bir ini untuk apa? Ooww...maap, Bung. Haram! Coba kau mau mengerti kalau aku akan bertahan dengan keyakinanku.
"Hey!" bentakku. Orang yang aku bentak tak mau mendengar, "Coba singkirkan semua ini dari hadapanku! Please!"
"Terganggu?" dengan santainya dia balik bertanya.
"Ya iyalah jelas! Ini kamarku. Aku berhak dan berkuasa di sini. Kalau itu yang akan kau lakukan, coba tolong pergi dari sini dan jangan pernah kembali sebelum kau menjauhi semua itu!"
"Memerintahku, ya? Apa hakmu?"
"Hakku adalah karena kau orang yang istimewa untuk hatiku dan aku peduli padamu!"
"Kalau begitu ayo kita bersenang-senang!"
"Maap, aku tidak merokok dan tidak meminum bir! Silakan pergi!"
Aku tak tahu apa orang yang aku usir ini pergi atau tidak, karena setelah berkata begitu aku tak ingat apa-apa. Semua gelap, sama sekali hitam. Lalu samar-samar aku melihat tubuhku yang terbujur kaku dengan darah berlumuran. Kekasihku? Apa dia yang melakukan itu?
Jangan menyusulku, tapi lakukan sesuatu yang baik, sayang!
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar