Sabtu, 12 Maret 2011
Proses kembali
Mungkin memang lebih baik kamu tak kembali. Dan tak ada yang perlu dikembalikan, Ted. Sama halnya seperti air yang mengalir dari hulu ke hilir. Mereka tak akan pernah kembali ke hulu, tapi terus mengikuti aliran sungai hingga tiba di laut lepas. Bebas merdeka.
Sama halnya seperti hujan. Mereka turun dari langit, dan ketika menginjak tanah tak kembali lagi ke langit. Ada yang memilih merembes masuk ke dalam tanah. Ada pula yang ikut-ikutan mengalir membanjiri jalanan, lalu masuk ke parit, mengalir lewat selokan untuk kembali bermuara di laut.
Sama halnya seperti bumi yang berputar mengitari matahari, selalu ke depan tidak berputar berbalik arah. Membuat hari-hari yang baru, yang tak sama seperti kemarin. Sama halnya seperti waktu yang tak pernah kembali ke masa lalu.
Ted, kita sudah berjalan dengan arah yang kita pilih. Kita sudah nikmati apa yang kita inginkan masing-masing. Tak lagi saling mempengaruhi. Mungkin memang ada baiknya seperti itu. Kamu ingat, Ted...sebelum kita bertemu, kita adalah dua pribadi yang tak saling kenal. Lalu di antara waktu perkenalan kita yang hanya sesaat, adakah manfaat yang kita dapat? Tidak ada, bukan?!
Aku tahu Ted, kamu hanya mengenalku saja tanpa pernah menganggap aku seseorang yang istimewa, bahkan hanya sekedar teman pun tidak. Padahal kamu tahu kalau aku mengharapkan lebih dari itu. Ternyata untuk urusan ini kamu punya pilihan lain. Ya...aku tak memaksa sebab hidup itu hanya pilihan, bukan?
Ted, ada satu hal yang aku sayangkan. Mengapa kamu pergi tiba-tiba disaat kau tanamkan harapan besar. Aku menolak untuk berpisah denganmu. Segala cara aku lakukan untuk mempertahankamu. Tapi semuanya sia-sia. Apa memang aku sama sekali tak berarti apa-apa untukmu? Lalu kamu bilang semua butuh proses. Termasuk untuk dekat denganku lagi? Aku bekerja keras agar kau tak pergi, Ted.
Dan kini, di saat aku nyaman dengan keadaanku yang jauh darimu, kamu mengusik hari-hariku. Sandiwara macam apa lagi yang akan kamu perankan sekarang? Hatiku baru saja pulih, jangan torehkan lagi luka baru di sana. Aku perempuan yang mudah terluka. Hatiku bagai kaca, mudah pecah. Aku tak mau kembali jadi kepingan-kepingan kecil yang mudah untuk ditiup lalu...menghilang. Aku tak mau merasakan sakit yang sama.
Awalnya kita tak saling mengenal, mungkin akan lebih baik kita tak pernah saling kenal. Seperti yang kamu ucapkan tempo hari, "Butuh proses untuk kembali."
Butuh proses yang lama untuk pulih kembali, dan aku tak mau mengulanginya lagi.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar