Senin, 01 Agustus 2011

Ramadhan, saat mengevaluasi diri

Tak terasa Ramadhan kesekian puluhtahun aku ulangi lagi. Apa ini akan jadi Ramadhan terakhirku? Entahlah.
Setiap aku melewati bulan ini, selalu rasanya ingin menangis. Mungkin saja aku hanya bisa melewati setengahnya, atau hanya sehari saja, atau hanya...
Apa bisa aku melewati sebulan penuh tanpa cacat dan cela? Lagi-lagi hanya pertanyaan.

Beruntung Allah memberikan satu bulan yang penuh berkah dalam setahun. Satu bulan yang harusnya aku jadikan cermin untuk memperbaiki tingkah laku, perkataan, dan perbuatan untuk masa depanku, dan evaluasi masa laluku.

Satu bulan yang harusnya memperbaiki resolusi hidup yang akan aku jalani. Mau jadi apa aku, dan untuk apa aku hidup. Sebagai muslim, semua tujuan hidup adalah untuk mencari ridho Allah dengan tidak melupakan hubungan antar sesama makhlukNYA.

Aku hanya berharap yang aku lakukan di bulan ini membekas pada kehidupanku yang akan datang. Belajar benar-benar ikhlas, melepas semua yang aku cintai hanya untuk Allah. Mengingat bahwa semua yang ada di dunia ini milik Allah. Sebetulnya yang mempengaruhi kehidupanku adalah rasa takut bukan pada Allah.

Ketakutan yang datang karena pengaruh perkembangan jaman. Aku takut tak dapat mengikutinya. Aku takut kehilangan orang-orang yang aku cintai. Aku takut tak dapat bertahan. Aku takut ditinggalkan. Aku takut sendirian. Padahal Allah menghadirkan aku ke dunia ini sendirian, dan kelak aku akan pulang sendirian. Tertanam dalam tanah pengap, sendirian. Hanya cacing-cacing dan bakteri pemakan bangkai yang menemaniku, menguraikan ragaku kembali menjadi tanah. Lalu rohku akan dihadapkan pada sidang pertanggungjawaban...sendirian.

Seharusnya rasa takutku adalah untuk Allah. Takut Allah meninggalkanku makanya aku harus lebih dekat denganNYA. Takut Allah membenciku makanya aku harus benar-benar mencintaiNYA. Takut Allah tak menghiraukan perbuatanku, makanya aku harus berbuat baik dan mencari perhatianNYA. Ketakutanku pada Allah seharusnya menjadi kecintaan pada Rabbul 'alamin.

I can only pray to Allah to be able to feel the pleasure of Ramadhan next year.
In order to return prostrate before God, begging Allah's forgiveness and get guidance.
Ramadhan...please, be mine forever.

Survivors running fast, may Allah accept our deeds. Ameen.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar