Rabu, 28 Februari 2018

Bertahan





Itu tak akan laku!

Berkali-kali aku posting produk yang aku jual. Berjuta promosi aku buat. Aku berikan yang terbaik untuk produk ini, tapi hasilnya tetap nihil. Tetap pada kenyataan produk yang aku buat tidak laku. Tak ada yang mau menoleh, apalagi tertarik. Bahkan seekor lalatpun tak ada yang mau hinggap.

Tak apa, debu saja tak ada yang menyukai selalu hadir. Walau berkali dilap, dibersihkan, dihisap pembersih debu…tetap datang semaunya.


28.02.2018

Kemarin





Nol lagi?
Soal mudah yang sudah dipelajari dan diteskan dapat nol lagi?
Ramdan mulai kesal dengan kelakuan anak didiknya yang seolah tidak peduli pada pelajaran yang diajarkannya.

“Kemarin kamu bisa mengerjakan soal seperti ini sedikit-sedikit. Kapan kamu akan dapat nilai bagus untuk pelajaran saya?” tanya Ramdan pada muridnya.

“Kemarin!” jawab muridnya enteng.


27.02.2018(harusnya)
28.02.2018

Senin, 26 Februari 2018

Sepi



Kadang malam tanpa bintang terlihat lebih indah, Hanya gelap yang kita tatap. Lalu kita pasang lampu disko di langit biar seluruh dunia bisa clubing bareng.

Malam ini memang tanpa bintang karena langit berselimut awan. Sayangnya kita tak bisa pasang lampu disko. Langit bersedih, sedari magrib menangis. Kita hormati kesedihannya, temani dia sampai pagi. Berselimut awan tebal.


26.02.2018

Minggu, 25 Februari 2018

Namanya Juga Anak-anak




Seorang gadis kecil menangis dipangkuan ayahnya setelah memakamkan ibunya.

“Ayah, kenapa ibu tidak ikut pulang dengan kita?” tanyanya.

“Ibumu sudah menghadap Tuhan, Nak. Tuhan lebih sayang sama ibu.”

“Kenapa ayah membiarkan ibu lebih sayang sama Tuhan dan Tuhan sayang sama ibu? Kata  ayah itu perselingkuhan.”

“Bukan, Nak!” ayahnya coba menjelaskan, “Tuhan itu yang menciptakan kita. Suatu saat nanti kita pun akan menghadap Tuhan dan bertemu dengan ibu!” kata ayahnya bijaksana.

“Kalau begitu ayo kita menghadap Tuhan biar kita bertemu ibu, Ayah. Sekarang!”



25.02.2018

Sabtu, 24 Februari 2018

Sahabat Karib




Entah sudah berapa juta tahun kami tak bertemu. Kangen, rindu, sono, dan sejenisnya serta semua rasa yang bercampur dalam hati sudah hampir meledak. Ini tentu akan jadi momen paling ditunggu selama hidupku. Sebentar lagi aku akan bertemu sahabatku dan kalimat pertama yang akan aku tanyakan adalah:

“Kenapa kau rebut suamiku?”


24.02.2018

Jumat, 23 Februari 2018

Membantu Papa



Gadis kecil ini minta segera diceritakan supaya bisa bertemu papanya. 
Sayang 2/3 waktuku habis di jalan. Sisanya ngantuk.

"Ma, kenapa belakangan ini papa jarang sekali menemaniku?"

"Papa sedang mencari pekerjaan, sayang."

"Pekerjaan papa hilang dimana? Biar aku bantu mencarinya."


Top of Form
23.02.2018

Kamis, 22 Februari 2018

Banjir



Hujan turun mengguyur kota ini hampir 3 jam, membasuh jejak orang yang tak diharapkan sampai hilang tak berbekas. Baunya pun tak lagi tercium.

Tetesan hujan turun berebutan, mereka kedinginan dan mampir ke rumahku.
Katanya ikut berteduh.


22.02.2018

Rabu, 21 Februari 2018

Monas



Bapak bilang belum pernah ke Monas.
Aaahhh Bapak…berapa umurmu sekarang? Di mana kau hidup sampai sekarang? Kok belum pernah lihat Monas??
Bapak ingin sekali ke Monas. Kata Bapak...Monas itu simbol perjuangan rakyat Indonesia dari awal penjajahan sampai memproklamirkan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945. Bapak juga bilang kalau Monas itu tugu yang menunjukkan kecerdasan orang Indonesia. Bangsa yang baru merdeka, bisa mendirikan monumen yang menjulang tinggi dengan puncak yang bertahtakan emas 35 kg yang melapisi 14,5 ton perunggu di dalamnya sebagai simbol semangat perjuangan bangsa Indonesia untuk meraih kemerdekaan. Selain itu untuk membangkitkan inspirasi dan semangat patriotisme generasi penerus bangsa.

Pengetahuan Bapak tentang Monas hebat juga. Tapi bapak tidak tahu apa yang terjadi pada Monas sekarang. Monas sekarang dibikin kelakar oleh orang-orang yang katanya penting, berilmu dan berpendidikan. Katanya dia bersedia digantung di Monas kalau terbukti mencuri uang negara. Walau pun sampai sekarang tidak digantung-gantung…Monas suci dari orang-orang munafik seperti itu.
Monas sekarang jadi tempat berkumpulnya umat muslim menyuarakan serta membela agamanya dari orang-orang yang menistakan agama. Lapangan Ikada tempat Monas berdiri memang pantas dijadikan lapangan untuk berkumpul rakyat dalam berjuang membela dan mempertahankan kehormatannya.

Kalau Bapak belum ke Monas…kita piknik Pak. Kita lihat tugu tinggi menjulang ini sebagai saksi betapa Bapak cinta Indonesia.


21.02.2018

Selasa, 20 Februari 2018

Anakku




Dia terdiam mematung.

Kenyataannya memang demikian. Cintaku tulus, tak menghitung untung rugi. Tak kenal suka atau duka. Aku bisa rasakan sakitmu. Aku bisa nikmati bahagiamu. Aku bisa marah untuk kenakalanmu. Tapi aku tak pernah bisa membencimu untuk semua kesalahan yang telah kau buat.

Tak perlu melahirkanmu untuk jadi ibu yang kau impikan. Aku bisa jadi segalanya.

Akhirnya dia mengerti, lalu pergi meninggalkanku.


20.02.2018

Senin, 19 Februari 2018

Sehelai Daun Kuning


Daun kuning itu gugur dari tangkainya. Dia mati. Sudah tak guna lagi. tak bisa lagi menghasilkan oksigen. Putus, melayang, jatuh, terhapus. Lain waktu dia membusuk, diuraikan mikroba menjadi humus. Dia belum habis, masih berguna. Kembali naik ke atas pohon sebagai mineral yang akan digunakan lagi.

Daun kuning itu gugur dari tangkainya, ada yang menggantikan. Sebuah ulam, menjadi sehelai pucuk, terus tumbuh menjadi sehelai daun.

Sehelai daun saja banyak manfaatnya masa manusia sama sekali tak bermanfaat? Kita, manusia. Hidup di dunia harus punya banyak manfaat. Untuk lingkungan. Paling tidak berguna untuk diri sendiri.

Begitu yang selalu ayah bilang. Ayah, kini engkau seperti sehelai daun kuning itu. Semoga ayah selalu bermanfaat, tidak hanya untukku, tapi juga untuk keluargamu kelak.
Ayah…rinduku kini mengalir bersama hujan yang tak henti turun berirama.


19.02.2018

Minggu, 18 Februari 2018

Beda



Panasnya dahsyat. Sama sekali tidak memberi kesempatan angin untuk bertiup menghembuskan hawa kantuk di minggu siang yang menyengat. Oksigen yang harusnya dibagikan pepohonan disimpan erat-erat. Menyuruh seluruh makhluk tetap terjaga, temani sang penguasa siang. Semakin menyengat, semakin aku merindukan sepoi angin untuk puaskan kantukku.

Seperti itulah. Semakin kau berkuasa di dalam hatiku, semakin aku merasa kehilangan. Semakin kau mendekat, semakin besar alasan untuk menghindar darimu. Aku tak pernah marah apalagi benci. Aku tak pernah ingin menyalahkan siapapun atau apapun. Kalau aku masih tak bisa move on ya…tentu itu jadi masalahku.

Ego kita dahsyat. Sekuat apapaun kita bertahan, semakin jauh jarak yang tercipta. Walau aku harapkan sepoi rindu dalam hatiku, nyatanya kau tetap menjauh. Tatkala kumandang adzan memanggilku bertemu Tuhanku, kau tetap beda.

18.02.2018


lagi kangen banget sama kamu. kamu mau sama ma aku tak???

Sabtu, 17 Februari 2018

Berbagi



“100K/ptemuan!” jawaban WAku singkat.

Aku, orang yang tanpa basa basi.

“Wah…mahal juga ya Mbak?” balas Si Penanya.

“Ya…karena menurut saya harga sebesar itu sesuai lah. OK deh…Mbak mampunya berapa?” tanyaku lagi.

“Nggak jadi deh Mbak! Soalnya saya bikin kelompok belajar gitu, ada 5 orang. Saya bantu mereka belajar bahasa inggris, saya kurang paham sama matematika, jadi saya cari orang buat bantu mengajar matematika!” balas Si Penanya lagi.

“Saya bisa minta alamat Mbak, nggak?” tanyaku. Sebetulnya aku nggak pernah basa-basi tawar-menawar harga. Tapi yang ini lain. Entah mengapa aku ingin melihat dulu bagaimana situasinya, siapa yang akan belajar. Ya…beda rasa, lah.

Sesuai dengan waktu yang telah kami sepakati aku akhirnya tiba di rumah Mbak Irma. Si Penanya yang sebelumnya telah menghubungiku lewat WA. Rumah sederhana yang tertata rapi. Ada whiteboard menggantung di salah satu dindingnya.

 “Ngajar les juga?” tanyaku.

“Iya. Biasanya anak-anak yang kemari.”

“Di tarif berapa?”

Sebelum menjawab Mbak Irma tersenyum malu, “Nggak!”

“Maksudnya gratis?” tanyaku disambut anggukan membenarkan dari Mbak Irma.

Ya Allah, di zaman seperti ini masih ada orang yang berhati malaikat seperti Mbak Irma. Berbagi ilmu dengan sesama tanpa menghitung berapa rupiah yang akan dia dapat. Sedangkan aku? Aku masih saja menghitung bayaran. Masih ada pamrih yang harus orang bayar untuk jasaku. Semoga yang Mbak Irma lakukan menjadi motivasi bagiku untuk tidak pelit berbagi.


17.02.2018

Jumat, 16 Februari 2018

Rumah



Dalam arti umum, rumah adalah salah satu bangunan yang dijadikan tempat tinggal selama jangka waktu tertentu. Rumah bisa menjadi tempat tinggal manusia maupun hewan. Dalam arti khusus, rumah mengacu pada konsep-konsep sosial-kemasyarakatan yang terjalin di dalam bangunan tempat tinggal, seperti keluarga, hidup, makan, tidur, beraktivitas, dan lain-lain.

Pengertian rumah menurut Wikipedia si Ensiklopedia Bebas tu yaaa…seperti itu. Aktifitasku di dalam rumah adalah tidur, makan, beraktifitas di toilet, lalu pergi. Kembali lagi untuk tidur. Tidak lebih.

Tak ada bentuk sosial-kemasyarakatan yang terjalin. Membosankan. Seperti jalur kereta api yang ke situ-situ lagi. Seperti itu-itu lagi dengan irama dan rima yang sudah dikenal banyak orang. Rata seperti kaca, hanya dihiasi buram tanganku kalau nempel di sana atau debu yang sangat tidak penting. Ke mana debu itu pergi tak ada yang peduli. Persis seperti hidupku dalam rumah.

Bapak terlalu sibuk dengan urusan suap menyuapnya. Mengumpulkan banyak rupiah yang katanya untuk kesejahteraan rakyat. Padahal itu dalih Bapak agar terpilih pada pilkada periode lalu. Dan Ibu sangat over act dengan tingkahnya yang seperti socialita, dengan merecoki Bapak melipat uang rakyat untuk kebutuhannya. Aku mereka lupakan. Katanya sudah ada sebagian harta yang kelak akan mereka wariskan kalau mereka mati nanti.

Aku tentu senang. Uang haram aku pakai untuk beli barang haram saja. Selama mereka memenuhi semua kebutuhanku, mereka terus berpikir aku bahagia. Aku yakin mereka tak peduli kalau aku mati karena overdosis atau terciduk polisi. Paling air mata sesaat yang menunjukkan kesedihan palsu.
Ini rumahku, rumah yang dibangun kakek buyutku dengan darah dan perjuangan, dikotori ayah ibuku oleh kelakuan mereka. Aku harap ayahku tak lagi terpilih jadi pemimpin…agar hidupku tak lagi monoton. Ada yang baru yang aku tulis: Ayahku stress karena gagal dalam pemilu.


16.02.2018

Kamis, 15 Februari 2018

Cerita Ketika Hujan



Hujan turun sore ini tidak membuatku membatalkan janji dengan sahabat yang lama tak bertemu. Cuaca sore yang dingin sebenarnya enak untuk berada di balik selimut, menikmati secangkir kopi sambil membaca buku mungkin lebih mengasyikan daripada harus berbasah-basah menerjang hujan. Tapi ya…janji adalah utang. Lagipula sahabatku itu sibuknya minta ampun. Seolah separuh dunia ini miliknya.

Memerhatikan kaki-kaki hujan menarik sekali. Seperti tirai tipis yang bergerak turun lalu kembali lagi ke atas, lalu turun lagi. Dan begitu seterusnya. Indah. Terkadang meliuk menari ditiup angin jahil yang tak mau melihat kaki hujan bergerak lurus turun ke tanah. Tetiba pandanganku tertuju  ke sebuah rumah makan seberang cafĂ© tempat aku menunggu.

Aku lihat seorang gadis kumal menatap pengunjung rumah makan di “pengkolan”. Membawa karung putih berisi botol-botol. Entah dia sekedar berteduh atau ada maksud lain. Mudah-mudahan dia bukan peminta-minta modus. Tapi dengan kehadirannya di ujung mataku membuatku bersyukur, Tuhan memberiku banyak kesenangan yang sering aku lupakan. Tuhan menyentil egoku yang selalu terus meminta hakku berlebihan.

Entah siapa yang menarikku, aku berjalan menembus hujan, berniat menghampiri gadis kumal itu. Sekedar membelikannya makanan atau minuman penghangat, lalu sok-sok peduli dengan memberinya sedikit uang. Langkahku tak bisa cepat karena cipratan hujan begitu mengganggu pandang. Sampai di tempat yang aku tuju, aku tak melihat siapapun. Entah ke mana perginya si gadis kumal itu. Sedangkan di seberang sana, sahabatku yang baru tiba berteriak memanggil.

Ah hujan…kau beri aku satu lagi pelajaran.


15.02.2018

Rabu, 14 Februari 2018

Jangan Janji



“Gak percaya sama aku?” Mas Ton menatap tajam padaku.

Aduh…ngerti dong Mas. Bukan masalah percaya atau nggak, tapi ini masalah lain. Aku ingin kamu tidak pernah lagi mengumbar janji.

Seperti waktu-waktu sebelumnya. Mas Ton janji ini, janji itu…dan aku tahu bukan Mas Ton yang mengingkari janji itu. Keadaan serta situasi yang bikin Mas tidak menepati janji. Jadi plis Mas…jangan janji lagi!

Beratus kali aku bicara seperti itu pada Mas Ton, kakakku tercinta…selalu saja dia tak pernah mau dengar. Sampai suatu ketika Mas Ton bertugas di luar kota pada saat bapak sakit. Aku bilang padanya untuk tidak pergi. Tapi dia bandel, bahkan berjanji tugas kantornya hanya sebentar. Kenyataannya…bapak meninggal sebelum dia pulang.

Dan kejadian itu terulang. Mas Ton janji bisa mengumpulkan keluarga bukan pada saat lebaran. Dia bilang saat ulang tahunku nanti dia akan mengajak seluruh keluarga berlibur ke Bromo.
Memang benar. Seluruh keluarga berkumpul. Kamu tepati janji, Mas. Sayangnya bukan untuk berlibur ke Bromo…kami mengantarmu ke tempat peristirahatan terakhir.


14.02.2018

Selasa, 13 Februari 2018

Sifat Tersembunyi






“Lho…kenapa Din? Pulang kencan kok marah-marah?”

Heran deh aku sama Dinda kali ini. Gak jelas banget, aku tanya seperti itu dia malah manyun, diam, dan gak peduli sama pertanyaanku. Kali aku yang terlalu kepo, ya??

“Kenapa sih?” tanyaku lagi.

“Dariiil…..” jawab Dinda masih dengan bibir manyun.

“Kenapa? Putus?”

“Nggaklah!”

“Iya, lantas kenapa?”

“Di cafĂ© dia tadi celingak-celinguk ke kolong meja. Bongkar-bongkar tas aku. Lirak-lirik sana-sini. Aku pikir dia lagi nyari apa... Nyari cewek lain atau apa….taunya…” Dinda menggantung curhatannya, bikin aku benar-benar penasaran.

“Taunya apa?” tanyaku tak sabar.

“Katanya nyari sifat aku...yang tersembunyi!”



13.02.2018