Rabu, 23 Juni 2010

i quit

Diam berdua diantara deru ombak Parangtritis seperti ini selalu kuharapkan dari dulu.
Nikmati Daniel Sahuleka bernyanyi: Don’t sleep away this night my baby, please stay with me…sebentar, asap rokokmu mengganggu. Apa sih enaknya merokok?
Anti rokok?
Sekarang, ya! sangat anti.
Sekarang? Berarti dulu merokok?
Tidak munafik, ya. Sebungkus sehari.
Hebat!
Hebat? Tidak, untuk hal yang buruk. Itu bukan pesona kehebatanku.
Rokok apa?
Aku coba semua, mulai dari yang kretek, filter, mild, sampai rokok kertas macam Marlboro.
Wah?! Hebat! Mana yang kamu suka?
Tak ada yang aku suka.
Lalu mengapa merokok?
Awalnya karena tak suka asap rokok, bikin pusing. Aku merokok supaya siap dengan asap rokok pasanganku kalau berdua seperti ini. Tapi ternyata masih sama.
Sama?
Ya, bikin pusing.
Tapi terus merokok?
Kamu tahu kalau nikotin bikin ketagihan? Aku ingin berhenti tapi tak bisa.
Merasa nyaman dengan asap rokok?
Tidak! Tetap saja terganggu, tapi tak bisa lepas.
Dan akhirnya bisa lepas. Itu, bisa.
Masuk rumah sakit! aku dirawat selama dua minggu. Paru-paruku kena.
Hahahaha…
Mengapa menertawakan?
Tidak. Hanya saja kamu itu bodoh sekali. Melakukan sesuatu tidak dengan perhitungan.
Aku tak suka berhitung. Bikin pusing juga. Makanya akhirnya aku harus dirawat.
Mau coba merokok lagi?
Tidak terima kasih, aku mau paru-paruku bersih kembali. Aku mau hidupku bersih kembali. Mau berhenti merokok?
Susah…sudah aku usahakan.
Belum! Usahamu untuk berhenti belum maksimal. Ayolah berhenti! Sebelum kau dirawat seperti aku.
Kamu tahu kalau nikotin bikin ketagihan? Aku ingin berhenti tapi tak bisa.
Yah…mengulang kata-kataku. Berhenti merokok atau berhenti berhubungan denganku?
Tidak dua-duanya.
Kalau begitu aku mau berhenti denganmu, asap rokokmu pasti akan selalu menggangguku…
Tapi Daniel Sahuleka masih bernyanyi, belum habis.
Aku tak peduli. Daniel Sahuleka bukan pacarku. Kenalpun tidak.

22 June 2010
[22.25]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar