Senin, 24 Oktober 2011

Balas Dendam

Kali ini pisau itu menikam lebih dalam. Ujungnya yang tajam menyayat dengan mudah. Darah tak henti mengalir dari pembuluh yang pecah. Tak hanya perih, luka yang dibuat terasa menyesak. Sepertinya luka itu tak akan tersembuhkan, terus menganga dan semakin membesar. Sulit mencari obat yang tepat walau sebenarnya memang ada agar sakit yang menyiksa tak terus terpelihara.


Kalau dibiarkan mungkin luka ini akan mengering, tetapi bekasnya tampak jelas terlihat. Tergores di atas kulit yang kian keriput. Seiring berjalannya waktu orang-orang akan tahu kau yang menikamkan pisau itu, di dadaku. Sungguh pintar, dengan demikian aku tak akan sempat balas dendam. Tatkala aku tersakiti, maka kaupun akan sendiri, sampai mati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar