Minggu, 20 Desember 2009

PERCAKAPAN DENGAN MALAIKAT MAUT

Ajeng terkejut. Lalu ia bangun sambil mengucek matanya. Antara percaya dan tidak. Apa aku sudah benar-benar mati, pikir Ajeng. Tapi itu bukan bayangan,kan. Dengan penasaran, Ajeng mendekati sosok yang duduk di ujung tempat tidurnya. Jelas sekali kalau orang itu laki-laki tapi bukan Roy, kekasihnya.
Ajeng bisa melihat jelas wajah pria misterius itu karena ia tampaknya memang sengaja memamerkan wajah tampannya pada Ajeng. Tapi siapa dia…itu yang jadi pertanyaan. Malaikat,kah? Atau setan? Atau dia manusia biasa seperti dirinya?
Tampan. Pria itu memang tampan, dan Ajeng merasa sangat familiar dengan si tampan misterius ini. Ajeng berusaha mengingat sosok tinggi tegapnya walau pun lelaki itu dalam posisi duduk. Ekspresi wajahnya dingin, tanpa senyum, tapi juga tidak terlihat bengis. Kumis tipisnya nyambung dengan jenggot yang dibentuk. Persis seperti mafia Itali seperti yang sering Ajeng lihat di film-film. Ajeng tahu pria itu bukan bintang film, tapi ia lupa di mana bertemu pria ini. Atau setidaknya melihat gambarnya.
Ah…gambaran pria misterius itu mengganggu sekali. Tapi Ajeng masih belum mau bertanya. Ia masih berusaha mengidentifikasi pria itu. Toh ia juga diam saja. Hanya duduk dengan ekspresi wajah yang datar dan sangat sulit untuk ditebak. Tiba-tiba bibir Ajeng berucap, "Kevin Kuranyi!"
Ajeng tampak gembira dengan tebakannya. Tapi pria itu tetap diam. Ya…wajah gantengnya memang sangat mirip dengan Kevin Kuranyi, striker muda andalan Timnas Jerman.
Ajeng tidak begitu suka Bundesliga walau dia penggemar sepak bola. Dia memantau perkembangan Liga Jerman hanya melalui highlight yang ditayangkan TV swasta. Ajeng lebih memilih bantal daripada harus menikmati duel tim-tim peserta Bundesliga. Selain siaran langsung Liga Jerman di Indonesia selalu lewat tengah malam, wajah para pemain bola Liga Jerman tidak menarik minat Ajeng. Sebagai perempuan, faktor wajah masih mendominasi alasan kenapa Ajeng suka sepak bola. Alasan lain, Ajeng masih bisa memantau melalui koran, tabloid olah raga, bahkan internet. Masih ada liga sepak bola Eropa yang masuk dalam daftar wajib tonton Ajeng.
Karena Liga Eropa yang pertama kali ditayangkan di Indonesia adalah Liga Italia Serie A, sudah pasti Ajeng menjadi penggemar liga tersebut. Apalagi pebola dari Italia terkenal dengan kegantengannya. Saat ini Ajeng mengidolai Kaka dan klubnya, AC Milan. Walau pun David Beckham masih urutan teratas daftar pemain bola favoritnya.
Tapi Kevin Kuranyi? Ia tidak pernah masuk dalam daftar pemain favoritnya.
Ajeng membayangkan suatu hari nanti ia bertemu David Beckham. Atau setidaknya orang yang mirip Cristiano Ronaldo. Atau hanya membayangkan kegantengan Frank Lampard. Ajeng tersenyum…Tapi dia ganteng juga, pikirnya.
"Hai!" sapa Ajeng. Tak ada reaksi dari si ganteng Kevin Kuranyi. Ajeng penasaran, sebenarnya orang ini bisa bicara atau tidak.
"Sebenarnya anda ini siapa, sih?"
"Malaikat maut!"
Jawaban yang membuat Ajeng terkejut untuk kedua kalinya. Setelah kehadiran pria misterius berwajah Kevin Kuranyi di ujung tempat tidurnya, kini jawaban pria tersebut 100% membuat jantung Ajeng berdegup 70 kali lipat. Malaikat maut…memangnya apa yang terjadi dengan dirinya.
Yang Ajeng ingat adalah ketika orang sibuk prihatin dengan bencana di Aceh dan Sumatra Utara, serta beberapa Negara di Asia karena gelombang tsunami. Ajeng pun terkejut, prihatin dan …ngeri juga melihat laporannya di televisi. Ribuan orang tewas tersaput gelombang setinggi pohon kelapa dan gempa tektonik yang timbul. Imbas tsunami itu terasa juga di Bandung.
Senin sore sekitar jam setengah enam, Ajeng meluncur dengan mobilnya. Ketika itu hujan turun disertai angin,sangat deras. Entah kenapa tiba-tiba Ajeng tidak bisa mengendalikan mobilnya. Saat itu ia berusaha menginjak rem, saat itu juga ia sudah tidak ingat apa-apa. Ajeng baru tersadar ketika ia melihat Kevin Kuranyi itu di ujung tempat tidurnya.
Setelah hilang keterkejutannya, Ajeng kembali bertanya sekedar untuk meyakinkan, "Benar, malaikat maut?"
"Ya!"
Sungguh menyenangkan berjumpa dengan malaikat maut setampan ini, pikir Ajeng. Ia tidak perlu takut untuk meninggalkan dunia ini. Tapi tunggu dulu… Meninggal? Kalau jumpa dengan malaikat maut berarti ia harus meninggal? Apa yang telah terjadi dengan dirinya? Kecelakaan,kah? Kecelakaan yang mewajibkan ia bertemu dengan malaikat maut berwajah tampan? Jika itu terjadi, bagaimana dengan rencana pernikahannya dengan Roy bulan depan? Bagaimana dengan pakaian bekas layak pakai yang akan ia antarkan untuk korban tsunami di Aceh?
Sekejap kesedihan Ajeng tertutup rasa penasaran. Lalu ia kembali bertanya pada si malaikat maut tampan itu,
"Apa anda selalu menampakkan diri seperti ini?"
"Tidak selalu!"
Ajeng terdiam sesaat, "Korban tewas di Aceh …melihat anda sebagai apa?"
"Malaikat!"
Ajeng menghela nafas. Bodoh atau orang ini sedang membodohiku, pikir Ajeng.
"Aku tidak membodohi siapapun!" Ajeng tersentak. Malaikat? Dia bisa membaca pikiranku, "Dan memang bukan tugasku untuk membodohimu, atau membodohi setiap orang yang harus aku temui. Tugasku menjemput mereka, dan…kau kembali pada Tuhan."
"Apa rupa anda menyeramkan saat menemui mereka? Padahal sebagian besar korban adalah anak-anak. Iya,kan?"
"Tetap sebagai malaikat maut dalam bayangan mereka. Karena itu tugasku. Bukan berubah wujud!"
"Oh,ya? Beribu orang anda temui dalam waktu bersamaan, bagaimana itu bisa terjadi?"
Malaikat itu tersenyum. Oh,Tuhan…ini kali pertama dia tersenyum. Dalam situasi lain Ajeng akan bersorak, lalu dengan jujur akan berkata pada Roy bahwa ternyata ada pria lain yang senyumnya lebih memesona dari Roy. Sayang…situasinya berbeda.
"Jika itu yang kamu tanyakan, hanya Tuhan yang tahu."
"Apa mereka menderita ketika anda temui?"
"Bergantung apa yang sedang mereka pikirkan. Mungkin sebagian ada yang menjadikan kehadiranku sebagai penderitaan. Mungkin ada juga yang menerimaku sebagai suatu hikmah. Kematian itu bukan penderitaan. Kematian itu kewajiban bagi setiap makhluk yang bernyawa!"
"Tapi, melihat dari tayangan televisi mereka mati dalam keadaan tragis dan ketakutan."
"Itu rahasia Tuhan. Manusia tidak tahu apa yang akan terjadi pada dirinya. Pada masa depannya. Aku sendiri pun tidak tahu apa rencana Tuhan. Aku hanya menjalankan apa yang Tuhan perintahkan."
"Tidakkah anda mencoba menolong mereka?"
"Dengan menentang perintah Tuhan? Tidak! Tuhan tahu, dan sangat tahu apa yang terbaik untuk makhluk-Nya. Semua kejadian sudah ada dalam rencana Tuhan. Dia yang menguasai seluruh alam ini, Dia juga yang mengatur. Tuhan membiarkan manusia memimpin hidupnya. Sehingga setiap kejadian yang menimpa manusia adalah konsekuensi yang harus manusia itu terima. Maut bisa datang dimana saja. Tidak hanya di Aceh, sekarang pun kau bertemu malaikat mautmu!"
Ajeng terdiam. Ya, dia kini sedang berhadapan dengan petugas yang berwenang mencabut nyawanya. Kalau bisa berlama-lama dan mengulur waktu berpindah alam, Ajeng akan terus memenuhi rasa penasarannya.
"Tadi anda bilang malaikat maut datang dalam bayangan orang yang akan dijemputnya." Malaikat itu mengangguk. "Saya tidak pernah membayangkan bertemu dengan Kevin Kuranyi atau seseorang yang sangat mirip dengan Kevin Kuranyi. Justru saya…"
"Ingin bertemu dengan David Beckham?" Malaikat itu dengan cepat memotong kalimat Ajeng, "Dan jangan katakan aku bisa membaca pikiranmu. Sekali lagi, tidak! Tugasku hanya menjalankan perintah Tuhan bukan untuk membaca pikiran orang atau beralih rupa menjadi seseorang untuk menemui clientnya!"
Ajeng tersenyum. Ternyata malaikat tampan berwajah Kevin Kuranyi ini bisa bercanda juga.
"Lalu kenapa anda datang saat ini menemui saya?"
"Ini waktunya kamu kembali pada Tuhan. Jatah waktu 25 tahun 6 bulan 27 hari hidupmu hampir habis beberapa menit lagi!"
"Begitu?" Ajeng tampak terpukul, "Apa Tuhan tidak tahu kalau bulan depan saya akan menikah? Apa Tuhan tidak tahu kalau saat itu saya sedang membawa bantuan untuk korban bencana alam di Aceh? Apa Tuhan tidak tahu kalau saya hendak menolong orang?" Ajeng histeris.
"Tuhan sangat tahu. Bahkan apa yang belum kamu rencanakan, Tuhan sudah tahu! Kalau pun kamu akan menolong orang, makhluk Tuhan tidak hanya manusia. Manusia ciptaan Tuhan tidak hanya kamu. Masih banyak manusia lain yang akan membantu sesamanya. Dan jikalau kamu akan menikah 2 jam lagi, Tuhan sudah tahu. Tapi jatah hidupmu sudah berakhir!"
"Kenapa saya meninggal?" Tanya Ajeng dalam tangisnya.
"Kecelakaan lalu-lintas yang mematahkan tulang rusukmu sehingga menembus jantung jadi media perpindahan alam yang harus kamu jalani!"
"Ya Tuhan…separah itu,kah? Apa saya ada di rumah sakit saat ini?" Malaikat itu mengangguk. "Keluarga saya berkumpul, menangisi saya?"
"Ya! Semuanya berkumpul, mengelilingi tubuh lemahmu yang sebentar lagi akan kau tinggalkan. Mereka semua menangis, karena setelah ini mereka tidak akan lagi bisa kau temui."
"Roy ada?"
"Ya! Dia menggenggam tanganmu erat!"
"Apa anda tahu apa yang akan terjadi padanya setelah saya tinggalkan?" Malaikat itu menggeleng sambil tersenyum. "Apa AC Milan akan jadi juara Serie A musim ini?" Tanya Ajeng sambil berusaha tersenyum juga. Malaikat itu pun tersenyum dan menggelengkan kepalanya.
"Aku bukan penggemar sepak bola!"
"Sayang…tugas anda hanya mencabut nyawa!" seloroh Ajeng, "Tapi tak apa…saya senang dijemput malaikat setampan anda!"
"Beberapa detik lagi Ajeng! Ada permintaan terakhir?"
Ajeng mengangguk, "Jadi istri David Beckham!" keduanya tertawa, "Saya ingin dijemput David Beckham!" kata Ajeng lirih.
Malaikat itu tersenyum dan percakapan pun terhenti. Roy mempererat genggamannya. Bahkan kini memeluk tubuh Ajeng. Mengguncang keras tubuh Ajeng. Roy menangis. Ajeng tetap diam. Ajeng sudah pergi. Lukanya terlalu parah untuk memungkinkan dia bisa bertahan hidup.
Manusia hanya punya harapan. Manusia hanya mampu berencana. Namun semua Tuhan yang menentukan. Tuhan yang punya kehendak. Tugas manusia di dunia hanya untuk beribadah pada Tuhan. Melakukan hal-hal yang baik, yang bermanfaat untuk makhluk lainnya. Tugas manusia hanya menjalankan semua perintah-Nya dan berusaha menjauhkan diri dari semua yang dilarang Tuhan.
Bencana hanya salah satu jalan bagi manusia untuk kembali pada-Nya. Menolong sesama yang tertimpa musibah menjadi kewajiban. Karena Tuhan menciptakan manusia sebagai makhluk sosial yang ditunggu pertanggungjawabannya untuk menjaga bumi, menebar kedamaian, dan membantu sesama. Saat kembali nanti jadi urusan Tuhan. Apakah manusia bertemu malaikat maut setampan Kevin Kuranyi, atau seperti monster yang menakutkan. Semua bergantung pada perbuatan manusia. Malaikat hanya menjalankan tugas.


UCHiE
29 Desember 2004
Simpati buat korban tsunami di Aceh dsk.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar