Senin, 14 Februari 2011

Kasih Sayang itu...










Win masih kesal. Nafasnya terlihat naik turun. Wajahnya ditekuk, seperti siap memangsa apapun dan siapapun yang ada di hadapannya. Melihat gelagat tak baik ini Vera belum mau mendekat. Dia masih membiarkan Win dengan kemarahannya. Sebentar lagi Win pasti mau bicara, pikir Vera. Dan benar saja, tak lama Win memandangnya. Vera sudah tahu, adat dan kelakuan sahabatnya itu.

"Kenapa?" tanya Vera hati-hati.
"Aku kesal. Masa Dewa nggak ingat ini hari apa." sungut Win.
"Emang hari apa?" Vera balas bertanya.

Win menghela nafas kesal. Apa bodoh sahabatnya ini atau pura-pura bodoh atau ada sesuatu yang mengganggu otaknya, atau...Ah, banyak sekali kemungkinannya. yang pasti kenapa orang-orang kok malah tidak mengerti apa yang dia inginkan.

"Kenapa dengan hari ini, Win?" tanya Vera lagi, "Ini kan hari Senin. You don't like Monday itu sudah biasa. But I realy like Monday, and I like everyday in a week." Vera tersenyum.

"Ini kan tanggal 14, Vera!"
"Ya, ada apa dengan tanggal 14, Win?"

Kesal Win semakin bertambah. Tidak hanya Dewa, Vera pun sepertinya sangat tidak peduli dengan hari ini, "Inikan hari kasih sayang, Ver! Masa bukan cuma Dewa saja yang lupa. Kamu juga lupa."

Vera tertawa pelan. Jadi itu yang membuat Win sedari tadi menekuk mukanya, "Bukan hanya lupa, Win! Bahkan aku tidak tahu."

Vera berkata sambil tersenyum lembut, "Win, kasih sayang itu tidak perlu ditunjukkan dengan memberi coklat atau bunga, bukan? Dengan perhatian yang tulus pun kita tahu bahwa seseorang sayang pada kita. Contohnya Dewa. Aku yakin dia sayang sekali sama kamu walau dia tidak memberimu bunga atau coklat. Bahkan dia tidak memamerkan rasa sayangnya padamu di hadapan umum. Dia bersikap seperti itu karena dia punya prinsip dan tidak ikut-ikutan hal yang tidak jelas."
Win terdiam mendengar perkataan sahabatnya itu, "Coba kamu lihat Si Septian. Dia memberikan bunga hampir ke seluruh perempuan yang kita kenal. Itu yang namanya kasih sayang? Itu bisa menimbulkan keresahan dan salah paham, Win. Lalu timbul fitnah. Nah itu bisa lebih berbahaya."

Win tertunduk malu. Dalam hatinya berkata, Ya, selama ini aku terlalu memaksa, bahkan untuk hal yang sebenarnya tak begitu aku pahami. Win dikejutkan nada sms ponselnya. Di layar LCD tertulis: Win, sebentar lagi aku jemput kamu ya. Lalu kita makan siang.
"Siapa?" tanya Vera
"Dewa. Terima kasih ya, Ver. Kamu telah membuka mata dan hatiku."
Vera tersenyum, "Sama-sama, Win."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar