Jumat, 10 Juni 2011

Catatan Pribadi

Kedengarannya sudah tidak jaman lagi menulis sebuah catatan pribadi. Itu masa lalu. Masanya sudah lewat. Saya melakukan itu saat remaja, waktu masih menikmati dan merasakan indahnya cinta monyet.
Mungkin itu yang terdengar sekarang. Padahal sebenarnya menulis catatan pribadi sangat mudah dan besar manfaatnya.

Menulis catatan pribadi tidak terikat aturan-aturan menulis seperti halnya menulis puisi, cerpen atau novel. Kita bebas menulis apapun yang kita mau. Menulis catatan pribadi juga berpengaruh terhadap emosional. Kita bisa menceritakan sesuatu yang sulit untuk dibicarakan dengan orang lain. Bahkan hal yang tidak penting pun dapat kita ceritakan tanpa orang lain mengetahuinya betapapun bodohnya itu.

Catatan pribadi adalah dokumen tertulis perjalanan hidup sehari-hari.
Kita bisa tertawa saat membaca ulang isinya walau ketika kita menjalaninya itu adalah masa tersulit dan berat yang pernah kita alami. Sebagian kisah perjalanan hidup tersebut dapat kita jadikan pelajaran.

Buatlah menulis catatan pribadi pekerjaan yang menyenangkan. Jangan jadikan menulis catatan pribadi suatu paksaan atau kewajiban sehingga kita merasa bersalah saat tidak melakukannya. Kita tidak perlu menulis perjalanan hidup setiap hari karena mungkin saja hari itu kita tidak mengalami hal-hal menarik. Menulis catatan pribadi hanya alat untuk melepaskan masalah yang memberatkan hidup kita.

Sebagian besar orang enggan menulis catatan pribadi sebab takut seseorang menemukan buku mereka, membacanya, dan itu mungkin akan menyebabkan kekhawatiran yang tidak perlu secara berlebihan dan berkepanjangan. Persis seperti pengalaman teman saya walau saya tak akan menceritakan detailnya. Hanya saja setelah kejadian itu dia menghentikan kebiasaan baiknya menulis catatan pribadi.

Memang sebuah catatan pribadi seseorang dapat menimbulkan rasa ingin tahu orang lain. Tapi seharusnya kita tidak perlu khawatir kalau menulis sesuatu yang sangat pribadi dan sesuatu itu mungkin dapat menyakiti orang lain, apalagi kalau terbaca oleh orang yang bersangkutan. Mengapa tak kita robek saja bagian itu lalu bakar. Kita tidak perlu menyimpan semua yang kita tulis jika akhirnya menimbulkan masalah baru. Toh manfaatnya ada dalam proses menulis itu sendiri. Biarkan kita dan Tuhan saja yang tahu.

Menulis hanya proses yang mungkin dapat mengubah emosi kita dan menjadikan kehidupan kita lebih baik lagi.

Kamis, 9 Juni 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar