Jumat, 10 Juni 2011

Pemimpin Bijak

Entah kenapa saat hendak pergi berbagi hari Senin lalu -6 Juni 2011- saya tiba-tiba teringat potongan lirik lagu nasional Garuda Pancasila:
“…Pancasila dasar negara
Rakyat adil makmur sentosa
Pribadi bangsaku…”


Lirik lagu nasional memang selalu memberi semangat. Selalu mengena. Itulah salah satu alasan betapa bangganya saya sebagai Asli Indonesia.
Saya tak akan pernah mengganti lirik lagu itu, hanya mungkin menyentil judul artikel yang sedang saya tulis ini.

Ada istilah orang bijak taat membayar pajak. Lalu melihat judul artikel ini saya pertanyakan, apa pemimpin bijak juga membayar pajak? Atau hanya menggunakan pajak? Lalu apa hubungannya dengan lirik lagu Garuda Pancasila?

…rakyat adil makmur sentosa..
Pribadi bangsaku…

Pancasila merupakan kepribadian bangsa Indonesia. Saya setuju kalau Pancasila kembali ke dalam kurikulum sekolah, agar bisa menciptakan pemimpin-pemimpin yang bermoral sesuai kepribadian bangsa Indonesia.
Lirik lagu itu begitu luhur. Hanya saja saya yang bertanya:
Rakyat adil makmurnya kapan?

Jauh kalau jiwa pemimpin kita menyamai jiwa kepemimpinan Nabi Muhammad saw. Seperti Umar bin Khattab pun mungkin tak akan pernah terwujud. Para pemimpin kita sibuk dengan “partai”nya, kalau merasa tersentil akan menangkap orang yang menyentilnya. Menganggap orang itu musuh dan menjadiknnya tahanan politik. “Beliau” tidak berpikir bahwa kekuatan dan kekuasaannya sebagai pemimpin adalah amanah Allah SWT.

Sebetulnya pemimpin tidak hanya kepala negara, kepala pemerintahan atau kepala propinsi. Pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan - khususnya kecakapan-kelebihan di satu bidang , sehingga dia mampu mempengaruhi orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu untuk pencapaian satu beberapa tujuan. (Kartini Kartono, 1994 : 181)

Dulu orang tidak mau menjadi pemimpin karena takut tidak bias melaksanakan amanat dengan baik. Sekarang orang berlomba menjadi pemimpin. Tujuan mereka sudah jelas: memperkaya diri sendiri walau bertitel sebagai oknum. Sering sekali istilah oknum ini eksis menjadi alasan. Tapi entahlah karena hanya Allah yang tahu tujuan tiap manusia dengan pasti. Janji untuk mewujudkan masyarakat adil makmur sentosa hanya janji saat kampanye saja.

Sepertinya menjadi pemimpin adalah salah satu jalan mencapai kemakmuran pribadi. Coba cek rekening bank pemimpin kita sebelum dan sesudah menjadi pemimpin. Bahkan manakala rekening tidak bertambah setelah memimpin seratus tahun, ada saja alasan untuk membengkakkan jumlah rekening. Padahal kalau mereka ikhlas rekening bank memang tidak bertambah, tetapi rekening pahala mereka akan membengkak.

Seandainya jiwa kepemimpinan Umar bin Khattab merasuk pada pemimpin-pemimpin kita, tentu masyarakat adil makmur sentosa tak hanya lirik lagu semata. Pemimpin bijak tentu dapat mengelola uang pajak untuk kesejahteraan rakyat, bukan menggunakan uang pajak untuk rehat walau sebenarnya dikenal sebagai penjahat.

Pemimpin bijak bermoral Pancasila mencerminkan pribadi bangsa Indonesia yang sesungguhnya sehingga saya bisa bernyanyi lagu Garuda Pancasila dengan sangat bangga.

….Pancasila dasar Negara
Rakyat adil makmur sentosa
Pribadi bangsaku
Ayo maju…maju…
Ayo maju…maju…
Ayo maju…maju…

Senin, 6 Juni 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar