Sabtu, 21 Agustus 2010

bertepuk

Bertepuk tentunya harus menggunakan dua tangan agar menghasilkan suara. Bertepuk menjadi tanda suatu hal, bisa juga menjadi bentuk ekspresi yang keluar dari emosi manusia. Bertepuk biasanya aku lakukan disaat aku bahagia. Aku belum pernah bertepuk saat aku bersedih. Bertepuk bisa menjadi tanda penghormatan, bahkan penghinaan. Bergantung pada situasi yang sedang berlangsung, untuk siapa tepukan itu ditujukan, dan siapa yang memberi tepukan.

Bertepuk yang dilakukan sambil bernyanyi sudah pasti merupakan ekspresi kegembiraan dan keceriaan. Bertepuk yang dilakukan sambil berdiri dan disertai senyum kebanggaan adalah tanda penghormatan pada seseorang atas prestasi yang dicapai atau atas jasa-jasa seseorang pada lingkungannya. Bertepuk yang dilakukan dengan ekspresi wajah sinis sudah pasti merupakan ciri kekesalan, bahkan kemarahan seseorang. Tepukan juga bisa menjadi pemacu, penyemangat, dukungan agar seseorang tetap berjuang mencapai yang terbaik.

Bertepuk sebelah tangan. Aku menemukan kalimat ini di bangku sekolah dasar. Guru bahasa Indonesiaku mengenalkan kalimat itu sebagai peribahasa yang artinya melakukan pekerjaan yang sia-sia. Tak ada suara yang dihasilkan kalau tanganku hanya sebelah yang ditepukkan. Hanya angin yang aku sentuh. Angin diam. Setelah agak besar, aku mengenal peribahasa itu ditambah satu kata di depannya menjadi cinta bertepuk sebelah tangan. Aku tak mendapat balasan cinta dari orang yang aku cintai?

Aku tak pernah berpikir kalau cinta bertepuk sebelah tangan adalah melakukan pekerjaan yang sia-sia. Aku percaya kalau cinta merupakan salah satu bentuk energi positif. Tidak ada pekerjaan yang sia-sia bila aku memberikan suatu hal positif pada lingkungan. Bukankah menebarkan cinta itu sama saja dengan menebarkan energi positif pada orang-orang di sekitarku?

Cinta bertepuk sebelah tangan hanyalah istilah yang digunakan orang bila tidak mendapat balasan cinta dari orang yang diinginkan, padahal cinta bisa didapat dari siapa saja. Mungkin cinta yang diberikan memang bersambut dan dikembalikan dalam bentuk lain dari orang yang diharapkan. Atau bisa saja kadarnya memang tidak sebesar yang diberikan pada orang tersebut. Aku tak pernah ingin kecewa dengan yang namanya cinta bertepuk sebelah tangan hanya karena tidak bisa lebih intim dengan orang yang aku harapkan, padahal aku masih bisa bercanda, tertawa, dan berbagi cerita bersamanya. Tak penting pada siapa cinta itu ditujukan, yang penting aku memberikannya dengan tulus dan tanpa syarat.

Aku akan tetap bertepuk dengan senyum dan pengharapan. Merayakan keberhasilanku menyemangati hidup sendiri sebelum akhirnya semua akan merasakan semangat itu. Aku akan tetap bertepuk dengan kedua tanganku sendiri, karena orang lain akan mengikuti ketika tahu apa yang aku rayakan. Bertepuk tak perlu mengajak orang, tak perlu mengikuti orang, semua keputusanku, tetap bertepuk dan memberikan cinta pada dunia,

padamu,

tak henti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar