Selasa, 17 Agustus 2010

Getaran

Itu yang aku rasakan saat berada di dekatmu. Sesuatu darimu menyentuh hatiku membuat tubuhku panas dingin, dada berdebar, detak jantung berpacu cepat. Hingga aku…speechless, tapi serasa melayang karena bahagia.
Itu pula yang mengganggu kenyamananku untuk selalu berada di dekatmu. Getaran yang membius dan membisukanku tatkala nikmati senyum terindah yang pernah kulihat tersungging di ujung bibir ranummu, selalu ingin kukecup.

Sayangnya getaran itu kini tak lagi kurasakan. Kepak sayap mungil kupu-kupu menerbangkan getaran itu ke sudut-sudut bumi yang lain. Getaran itu tak lagi tinggal di hatiku. Hangat cahaya mentari menyublimnya bergabung dengan udara sehingga tak dapat lagi aku lihat. Proses respirasi mengalirkannya menjauh, bermuara di laut, lepas. Berujung bebas.

Gelombang menenggelamkannya ke dasar laut terdalam yang tak mampu aku selami. Menyembunyikannya di dalam palung-palung berarus deras, yang mungkin dihuni makhluk buas.

Aku butuh getaran itu untuk menghidupkan kembali cinta yang hampir padam. Aku butuh getaran itu untuk membunyikan suaraku. Menyelaraskan irama hidupku yang mulai kacau teratur kembali. Aku butuh getaran itu untuk memaksimalkan sinyal agar tetap ada, sehingga aku tetap bisa terhubung denganmu setiap waktu, kapanpun aku mau. Aku butuh getaran itu untuk menyadarkanku, kalau hatimu tak akan sampai ke hatiku tanpa getaran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar