Sabtu, 17 September 2011

Menghalau galau

Sekarang ini kata galau sudah sangat sering saya dengar. Sepertinya galau kini menjadi sebuah trend. Kalau nggak galau, nggak gaol. Menurut arti kata galau sebuah kata sifat yaitu kacau tidak keruan (pikiran).

Walau galau merupakan sumber inspirasi, tapi sebenarnya itu tak perlu terjadi. Bahkan ketika galau seorang begitu sangat produktif. Pada saat galau seseorang banyak menghasilkan karya-karya tak terduga. Memang inspirasi datang dari mana saja. Untuk berkreasi bisa dalam keadaan apapun, tak peduli orang tersebut moody atau tidak. Tidak melulu pada saat orang tersebut tengah galau.

Memang lebih baik kegalauan itu disalurkan pada hal yang positif. Daripada melakukan hal yang dapat mencelakakan diri sendiri atau orang lain, lebih baik orang bergerak menghalau galau dengan berproses kreatif. Mau itu bentuknya seni lukis, seni musik, sastra, bahkan olahraga, apapun itu yang penting bermanfaat untuk diri sendiri dan orang banyak (kalau bisa).

Galau terjadi karena seseorang merasa kesepian, merasa dikucilkan, merasa diremehkan, merasa tidak ada artinya, merasa beban yang dia pikul begitu berat, merasa tak ada yang mau mendukung. Padahal kenyataannya galau termasuk penyakit hati. Bukan hal klise kalau penyakit hati hanya akan sembuh jika ada motivasi dari dalam diri dan mendekatkan diri pada Ilahi. Atau cara lebih mudah lagi dengan menghibur diri.

Mark Twain bilang: cara terbaik untuk menghibur diri sendiri adalah dengan mencoba menghibur orang lain.
Mengapa tidak kita coba menghibur orang yang sedang galau, karena dengan demikian kita tahu kalau yang kita alami tidak lebih buruk dari orang lain. Bahkan mungkin kita lebih beruntung dari orang lain. Atau anggap kita adalah orang yang paling beruntung di dunia untuk menghalau galau.

15 September 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar