Selasa, 19 April 2011

Best Friend

Aku tak ingin membuatmu termenung begitu. Membantumu mencarikan solusi yang ternyata tak mudah aku lakukan. Tapi kamu datang lagi padaku. Tak bosan hanya melihat senyumku? Selalu kata yang sama aku ucapkan padamu "Ugh!" dan kau tak pernah mengerti jari-jari tanganku yang menari di depan mataku, matamu.

Kembali tulisan tanganku yang meliuk di selembar kertas. Baru kau bisa tertawa. Ah, telat. Hahaha....tawaku tidak pernah bisa terbahak. Tapi kita nikmati kebahagiaan yang sering kau pinjamkan padaku.

Wuidih...aku pinjam kebahagiaanmu. Padahal aku bahagia meski orang bilang aku tuna wicara. Ini kelebihan yang aku dapat dari Tuhan. Orang lain pasti dicerca kalau diajak bicara diam saja, tak menanggapi. Anehnya kau merasa beban hidupmu terlalu berat. Aduh teman, aku tak bisa bicara bahkan mendengarpun sulit aku lakukan, tapi aku bahagia.

Jangan coba menipunya kembali. Dia pria yang baik. Kamu gadis yang cantik dan cerdas. Menyia-nyiakan waktu dengan mempermasalahkan satu pria? Perempuan tak akan kekurangan stok pria, tulisku.
Ah, kamu hanya menjawil pipiku. Sakit!

"Apa yang harus aku lakukan dong?" tanyamu

Mau bertukar tempat denganku? tanyaku dalam tulisan tangan yang rapi. Wie termenung, mana mau dia bertukar tempat denganku.

##########################################################
"Semalam kamu bicara padaku!" teriak Wie.

"Heh! Kampret, emang gue bicara apa sama lo?" ini anak aneh bener hari ini.

"Lho, Dean...bukannya lo bisu-tuli?" wajah bingung Wie sudah sangat aku kenal. Ada sesuatu yang terjadi sama dia?

"Lo kenapa, Wie?" gantian aku yang khawatir sama dia.

#########################################################

Dean, pertikaian tak pernah akan berakhir kalau kamu tak ingin mengakhirinya. Coba bicara sama dia. Minta maap sama dia. Mungkin itu akan menenangkanmu. Kamu akan bebas pergi dari alam ini dan tidak dipaksa menderita seperti ini. Wie bukan musuhmu. Dia temanmu. Orang yang selalu mendengarkanmu walau dia tak pernah benar-benar bisa mendengar. Bukankah selama ini kamu bebas bercerita apa saja sama Wie.
Dean...coba ikhlas. Lupakan kesalahannya sebesar apapun, dan kau akan bebas. Mama juga ikhlas melepasmu, Nak. Mama tak akan menghalangi langkahmu karena mama tak ingin memberatkanku.
Dan Sinar putih menyilaukan mendekatiku. Aku tak lagi mendengar suara mama. Aku hanya melihat Mama, Papa, Dani adikku dan...Wie. Mereka mengelilingi tubuh...ku.
Itu tubuhku. Itu aku...
Hey...itu tubuhku!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar