Rabu, 06 Oktober 2010

Pindah




“Rokok?” Sal menawarkan padaku. Lalu aku ambil satu batang. Aku putar-putar tanpa menyulutnya. Memainkan sebentar di mulutku. Filternya terasa manis. Seperti anak kecil yang mendapat permen lolipop.

Sal tersenyum memperhatikan tingkahku, “Kenapa nggak disulut?”

“Jauh!” jawabku enteng.

“Lho?” tampang bodoh Sal kembali diperlihatkan.

“Hahahahahaha…di Sulut, kan?” tanyaku dan dia mengangguk, “Di Sulut itu Sulawesi Utara, ibukotanya Manado.”

“Ngomong sama lo gak pernah bisa serius, Fit!” aku tersenyum mendengar pujian Sal, “Kenapa rokoknya nggak lo nyalain?”

“Sedang hijrah. Belajar berhenti merokok!”

“Eis…laga lo tu ye! Udahlah, gak usah muna. Isep aja. Kemaren ganja masih lo sedot-sedot!”

“Nggak boleh gue tobat, Sal? Fitra Suntara siap jadi orang baik-baik.”

Sal tersenyum sangsi. Yah tak apalah. Itu resiko yang harus aku ambil. Berubah menjadi lebih baik susah ternyata. Pembuktiannya berat. Tapi tak apalah. Demi cinta. Hahaha…aku sedang mendekati seorang cewek yang baru saja pindah dari Yogya. Katanya bapaknya ulama. Bwuah! Siapa tau, lah.

Sal mendapat telpon. “Dari siapa, Sal?” tanyaku. Tak segera menjawab, dia malah nyengir.

“Mas Don. Barang baru. Bongnya pakai punya gue aja! Yuk!”

“Sal? Boleh aku hijrah?” yang ditanya kembali memamerkan wajah bodohnya, “Jangan rayu gue dengan barang favorit gue. Gue mau hijrah!”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar