Selasa, 21 September 2010

jodoh


“Minggu depan?”

Ibu tampak marah, kaget, bingung, dan entah apa lagi yang ibu rasakan saat aku mendesaknya untuk mengijinkan aku menikah minggu depan. Angga dan aku sudah sepakat walau ibu dan Angga belum pernah bertemu.

“Kamu hamil?”

Aku diam, tapi aku yakin ibu sudah tahu. Beliau menghembuskan nafas keras. Sepanjang umurku baru kali ini melihat ibu begitu marah.

“Ibu mau ketemu calonmu. Sekarang juga kalau bisa.”

Aku segera menghubungi Angga. Nama kami mirip. Angga dan Anggi, sepertinya memang sudah ditakdirkan untuk bersatu. Bahkan wajah kami pun mirip. Kata orang kalau mirip biasanya panjang jodoh. Semoga memang begitu.

Ibu takjub melihat Angga. Ibu tak mengijinkan aku ikut terlibat. Mereka berbicara lama, dari kejauhan aku melihat Angga merangkul ibu, mereka menangis. Lalu Angga bersujud mencium kaki ibu. Aku tersenyum, mereka akan cocok.

Tak kuasa menerima kabar yang baru aku dengar. Entah harus sedih atau senang, tak pernah akan ada pernikahan antara kami. Padahal aku sedang mengandung anak Angga, kakak kembarku yang terpisah karena perceraian ayah dan ibu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar