Sabtu, 18 September 2010

Rachel

Ada banyak cerita yang harusnya terjalin. Dia suka menjalinnya. Menguntai harapan satu demi satu. Seperti menguntai manik-manik beraneka warna yang biasa dia jadikan kalung. Cantik sekali.

Terlalu banyak kesamaan yang esensial. Persamaan-persamaan kecil yang mungkin sepele. Tapi aku yakin akan sangat berarti bagi kami suatu saat nanti. Membantunya mengatakan apa yang ingin dia bicarakan. Selama ini dia hanya tersenyum kalau aku mengajaknya berbincang. Lalu goresan tangan cantik tertulis di atas kertas putih. Ya, aku baru mengerti keinginannya setelah dia tulis. Tulisan tangannya bagus dan rapi, tidak seperti tulisan tanganku yang seperti cakar ayam.

“Dapat salam dari Andre!” selorohku menggodanya.
Lagi-lagi dia hanya tersenyum, lalu pipinya terlihat memerah. Entah malu, senang, atau marah? Biarkan dia yang merasakannya. Tapi tiba-tiba dia menggeleng. Maksudnya?
Dia bilang Andre tak mungkin menyukainya.

“Andre hanya kirim salam. Belum tentu dia menyukai kamu!” godaku lagi.
Dia menoyor lenganku pelan, dan kembali tersipu.
Mungkin Andre suka kamu, tulisnya. Aku terkejut. Ada raut sedih pada wajahnya ketika menuliskan itu. aku tahu kalau dia cemburu.
“Nggak, kok! Aku bercanda! Andre suka sama kamu makanya dia kirim salam buat kamu.”

Kali ini dia menulis dengan tanpa senyum sama sekali, mana mungkin Andre suka sama gadis bisu seperti aku, Feb!

















Tentu akan ada cerita yang terjalin kalau Rachel tak meninggalkan aku. Meski dia juga tak menolak Andre. SMS yang baru aku terima membuatku terdiam, Rachel tewas karena kecelakaan yang mengakhiri untaian cerita ini. Untaian manik-manik beraneka warna tak pernah selesai menjadi kalung cantik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar