Minggu, 19 September 2010

Suami Setia


Hari sudah gelap. Batang terakhir mulai dibakar. Rokok yang disulut hampir 5 bungkus.. Karena tak ada satu pun yang bisa diajak ngobrol sekedar menemani sepi, dia pikir merokok lebih baik daripada bengong dan menyisakan puluhan puntung yang berserakan. Pekerjaan buat petugas kebersihan stasion.

Kereta yang lewat sudah 42 kali. Menurut petugas stasion yang dia tanya setiap hari kereta yang melintasi stasion kecil itu 45 kali. Berarti masih ada 3 kereta lagi yang akan transit sampai tengah malam nanti. Padahal dia ingat betul pesan tertulis dalam surat yang dia terima, kalau istrinya akan pulang dua hari sebelum lebaran dengan kereta sore yang tiba pukul 5.

5 tahun menunggu sepi, ditinggal istri jadi TKW ke Arab Saudi guna memperbaiki ekonomi. 5 tahun pula dia bolak-balik ke kota mencari pekerjaan, walau hanya alasan supaya tak dianggap benalu oleh mertua karena hanya memakan uang kiriman istrinya. Untuk ukuran suami yang ditinggal istri selama itu dia setia. Urusan libido yang mendesak, ada tempat semestinya yang bisa menyalurkan hasrat seksual tak sampai 50 ribu. Dan sedikit menyisihkan untuk biaya sekolah anak tunggal mereka yang baru kelas 2 SD. Enteng!

Satu kereta lagi mendekat. Kereta ke 43, jam digital yang dibeli 20 ribu di pinggir jalan menunjukkan pukul 21.15. Rokoknya sudah hampir habis. Kalau rokok terakhir ini habis dan istrinya masih belum tampak, pulang.

Diperhatikannya penumpang yang turun satu persatu, istrinya masih belum terlihat. Yah, apa boleh buat. Sampai kereta itu hendak melanjutkan perjalanan, istrinya tak juga tampak. Gontai dia menuju peron ke luar. Tapi tak sampai pintu, suara familiar seorang perempuan memanggilnya,
“Mas Jo!” dengan sumringah dia membalikkan tubuh, istrinya pulang membawa banyak barang bawaan dan uang.

Wajah sumringahnya berubah, yang dilihat bukan seorang perempuan dengan banyak barang bawaan, tapi seorang ibu yang menggendong bayinya. Paras bayi itu mirip orang-orang berkebangsaan Arab. Dengan santai Jo melangkah, meninggalkan perempuan itu seorang diri. Dia tak peduli walau perempuan itu berteriak memanggilnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar