Rabu, 22 September 2010

Paralayang



“Berani?” tantangnya.
“Ah, ini sih kecil!” jawabku sambil menelan ludah.
“Bener, nih? Sudah pernah mencoba?” tanyanya lagi sambil tersenyum manis. Aku menggeleng.
Man! senyumnya manis banget. Kopi pahitpun akan kemanisan kalau aku meminumnya sambil melihat dia. Jullie Estelle…lewat. Paris Hilton… punya kaya doang. Tapi perempuan ini… tak ada yang bisa menggambarkan, maklum tak terlihat hahaha... Hantu dong.

Ya… perempuan ini selalu menghantuiku apa pun yang aku lakukan, di mana pun aku berada, dengan siapa pun aku bersama, bayangannya selalu berkelebat di depan mata. Senyumnya selalu berjalan-jalan di kepalaku.

“Sekali nyoba, ketagihan, lho!” katanya lagi.
Rugi melepaskan pandangan darinya. Ia bangkit, menarik tanganku agar aku membuntutinya.

“Mas Nino sudah menyiapkan semuanya buat kita.” Katanya lagi, “Karena kamu pemula, kita berdua melakukannya.” Man! Lagi-lagi senyum manisnya itu ia umbar kepadaku. Sudah tahu aku sangat tergila-gila dengan senyum itu.

Dan saat akan dimulai, adrenalinku terpacu, nafas memburu, darah di kepala seolah membeku, tak tahan dengan apa yang aku lihat. Pemandangan yang indah. Walau sudah berusaha memejamkan mata. Walau ditemani perempuan paling menarik di muka bumi, aku tak kuasa berteriak. Sedang di bawah sana pemandangan di sekitar Lido sangat menawan. Wajahku pucat.

“Kenapa?” tanyanya khawatir.

“Aku...fobia ketinggian!”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar